Analis rekomendasikan buy saham DOID



JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) terus menggenjot kontrak baru bisnis jasa pertambangan. Melalui anak usahanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), DOID menandatangani dua kontrak, yakni dengan PT Adaro Indonesia dan PT Angsana Jaya Energy.

Total kedua kontrak jasa pertambangan ini mencapai Rp 6,5 triliun atau setara dengan US$ 493 juta. Kontrak dari Adaro merupakan amendemen kontrak yang sudah ada sebelumnya, untuk Paringin Pit di Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. Nilai kontrak dari Adaro ini mencapai Rp 5,7 triliun.

Sementara itu, Angsana Jaya adalah klien baru DOID yang beroperasi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Nilai kontrak jasa pertambangan dengan Angsana mencapai Rp 862 miliar.


Kontrak jasa pertambangan dengan Adaro Indonesia memiliki target produksi sebesar 223 juta bank cubic meters (bcm) untuk pengupasan lapisan tanah (overburden removal) dan 31,8 juta ton batubara. Periode kontrak ini berlaku hingga tahun 2022 mendatang.

Sementara kontrak dengan Angsana Jaya Energy meliputi target pengupasan lapisan tanah sebesar 19 juta bcm dan 6,3 juta ton produksi batubara. Kontrak ini berjangka waktu hingga tahun 2018.

Errinto Pardede, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DOID mengatakan, pada tahun depan, DOID masih membidik beberapa klien baru untuk mendapat kontrak tambahan lagi. "Tren industri ini masih cukup bagus, dan kemungkinan akan meningkat, sehingga, kami masih mengincar klien baru lagi," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (27/12).

Ia mengatakan, total kontrak yang sudah ditandatangani pada tahun ini memiliki nilai total Rp 49,3 triliun atau setara dengan US$ 3,8 miliar.

Belum lama ini, DOID juga telah menandatangani dua kontrak perubahan dengan PT Berau Coal Tbk (BRAU). Kontrak ini terkait dengan pekerjaan jasa pertambangan untuk proyek Lati dan Binungan dengan nilai kontrak Rp 39 triliun atau sekitar US$ 3 miliar.

Errinto masih belum menyebutkan target produksi di tahun depan. Namun, dengan adanya kontrak baru perseroan, kinerja DOID akan lebih baik dari tahun ini.

Sampai akhir tahun ini, Errinto memperkirakan kinerja overburden removal bisa mencapai 285 juta - 290 juta bcm, naik tipis dari kinerja tahun lalu sebesar 272,3 juta bcm. Sementara produksi batubara ditargetkan mencapai 33 juta ton hingga 35 juta ton.

Sharlita Malik, Analis Samuel Sekuritas mengatakan, dengan adanya kontrak baru, jumlah overburden DOID juga bisa meningkat. Apalagi, ada pengurangan diskon tarid dan efisiensi biaya yang akan terus bertahan selama harga batubara tetap di atas US$ 60 per ton.

Karena itu, DOID berpeluang memiliki marjin EBITDA yang lebih tinggi di tahun depan. "Marjin EBITDA bisa mencapai 35% di tahun depan, naik dari tahun ini 34%," ujarnya dalam riset.

Ia memperkirakan pendapatan DOID bisa meningkat menjadi US$ 711 juta pada tahun 2017 mendatang, naik dari estimasi tahun ini US$ 569 juta. Sementara itu, laba bersihnya diperkirakan naik dari US$ 34 juta di tahun 2016 menjadi US$ 67 juta di tahun depan.

Sharlita merekomendasikan Buy saham DOID dengan target harga Rp 850 per saham. Saham DOID ditutup naik 3,33% pada perdagangan Selasa (27/12) ke level Rp 496 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto