JAKARTA. Pemerintah resmi memberi izin operator telekomunikasi untuk menggelar jaringan 4G-LTE di 1800 MHz mulai April 2015. Pada awal Juli 2015, seluruh operator telekomunikasi akan serentak meluncurkan jaringan 4G secara komersial di frekuensi 1800 MHz pada beberapa kota. Dian Siswarini, Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk (EXCL) menyatakan kesiapannya untuk menggelar jaringan 4G-LTE di frekuensi 1800 MHz. Untuk pertama kalinya, EXCL akan menggelar 4G-LTE di kota Lombok. Selanjutnya teknologi 4G EXCL akan masuk ke Pulau Jawa di bulan September mendatang dan ke wilayah Jakarta pada bulan November. "Efek peningkatan dari LTE ke bisnis EXCL belum akan terlihat di tahun ini karena baru diluncurkan akhir tahun. Setelah tahun 2017 baru akan kelihatan efeknya," ujar Dian akhir pekan ini.
Tak hanya EXCL, PT Indosat Tbk (ISAT) juga menyatakan kesiapannya menggelar jaringan 4G-LTE. Kesiapan ini diwujudkan melalui program modernisasi jaringan Indosat secara nasional yang dimulai sejak dua tahun lalu. “Kami optimistis akan segera dapat mempercepat penggelaran 4G-LTE ini di seluruh Indonesia karena didukung program Modernisasi Jaringan yang masih terus berlangsung dan kami percepat penyelesaiannya,” ujar Fuad Fachroedin, Group Head Corporate Communications Indosat dalam keterangan resminya, Minggu (5/7). Analis Sucorinvest Central Gani, Inav Harian Chandra dan Jevrix Kosiady dalam riset akhir pekan lalu menyebutkan, komersialisasi 4G-LTE ini menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan Average Revenue per User (ARPU). Di tengah era tingkat penetrasi sim card yang tinggi, meningkatkan ARPU menjadi solusi paling efektif untuk meningkatkan pendapatan. "Pelajaran dari negara lain yang sudah menerapkan LTE, yakni sebagian besar operator mengalami peningkatan ARPU setelah peluncuran teknologi 4G," paparnya. Inav memperkirakan pelanggan 4G akan lebih besar jika dibandingkan dengan 3G dalam hal konsumsi data. Menurutnya, teknologi 4G memberikan kualitas dan kecepatan akses lebih besar sehingga semakin besar kecepatan yang operator tawarkan, maka semakin banyak pula yang akan dipakai oleh pelanggan. Dari pengamatan Inav, semua operator telekomunikasi, yakni TLKM, ISAT, EXCL, dan FREN telah mempromosikan keunggulan kompetitif mereka dalam jaringan 4G. Hal ini juga didukung oleh produsen telepon seluler yang melengkapi produknya sehingga mendukung jaringan 4G. Inav menilai, operator harus dapat menikmati peningkatan ARPU setelah mengaplikasikan teknologi 4G-LTE di 1800 MHz. Sebelumnya, komersialisasi 4G-LTE di frekuensi 900 MHz tidak optimal karena hanya dapat dinikmati oleh beberapa operator saja. Selain itu, bandwidth yang tersedia cukup sempit. "Mudah-mudahan LTE bisa dinikmati di semua kota-kota besar di seluruh Indonesia pada akhir tahun ini," ujar Inav. Selanjutnya, kemampuan operator untuk meningkatkan pelanggan akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ke depan. Meski demikian, Inav menilai tidak semua operator mampu menumbuhkan pelanggan. Saat ini, kualitas jaringan menjadi kunci bagi operator untuk meraih kepercayaan pelanggan. Sebelum tahun 2014, ISAT memiliki kualitas jaringan terendah sehingga perseroan gagal menarik banyak pelanggan. Lalu selama tahun 2014, ISAT menggalakkan investasi di jaringan 3G atau yang dikenal dengan program modernisasi jaringan. Setelah menambah 12.654 unit BTS 3G selama 2014, ISAT mampu mencatat pertumbuhan pelanggan 6% selama tahun 2014. Sebaliknya, jaringan yang masih rendah membuat pelanggan EXCL menurun, bahkan ketika perseroan masih memberi harga cukup agresif. Di sisi lain, TLKM mampu mencatat pertumbuhan pelanggan yang konsisten mesti bukan yang tercepat. Inav yakin neraca yang kuat dan margin yang sehat akan membuat TLKM mampu mempertahankan keunggulan jaringannya. TKLM telah mengalokasikan 10% belanja modal tahun ini untuk memperluas jaringan 4G. "Dengan peluncuran LTE pada jaringan 1800 MHz, TLKM pasti akan menikmati manfaat terbesar, karena perusahaan akan menikmati kenaikan ARPU dan pertumbuhan pelanggan," imbuhnya. Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menambahkan, persaingan di sektor telekomunikasi saat ini masih cukup sengit. Namun, persaingan tersebut bukan lagi soal harga, namun soal infrastruktur. Teknologi telekomunikasi yang berkembang menggeser para pelanggan telekomunikasi. Jika sebelumnya pelanggan mencari tarif paling murah, kini pelanggan lebih memilih operator yang dapat memberikan kualitas terbaik dalam layanan data dan internet.
Padahal, untuk membangun infrastruktur, sektor telekomunikasi membutuhkan belanja modal cukup tinggi terutama dalam mata uang dollar AS. "Melihat dari kemampuan infrastruktur, TLKM masih memimpin. Selanjutnya tergantung dari bagaimana operator menawarkan promosi," ujarnya. Namun demikian, prospek sektor telekomunikasi masih cukup cerah. Hal ini mengingat adanya kebutuhan masyarakat akan komunikasi. Menurut Satrio, pertumbuhan sektor telekomunikasi tergantung dari pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi baik, maka akan mendorong pengeluaran telekomunikasi, naik untuk telepon maupun data. Di sisi lain, Satrio melihat pergerakan saham telekomunikasi cenderung flat jika dibanding dengan sektor lainnya. Satrio berharap jika pertumbuhan ekonomi membaik, minat masyarakat untuk masuk ke sektor telekomunikasi juga semakin tinggi. Satrio merekomendasikan buy untuk saham TLKM. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto