Analis rekomendasikan hold ASII karena alasan ini



KONTAN.CO.ID - Beberapa waktu terakhir, PT Astra International Tbk (ASII) dilingkupi berita negatif. Analis menyarankan agar investor memperhitungkan sentimen yang ada sebelum mengoleksi saham ini.

Pandu Anugerah, analis BCA sekuritas dalam risetnya merekomendasikan tahan saham ASII dengan target harga Rp 8.300. Potensi kenaikannya sahamnya hanya sekitar 6,1%.

Ada beberapa alasan mengapa kinerja penjualan kendaraan roda empat ASII akan mengalami perlambatan. Meskipun pada Agustus 2017 penjualannya tumbuh 13% dibanding Juli, tetapi jika dibanding tahun sebelumnya penjualan Astra cenderung stabil.


"Delapan bulan pertama 2017, penjualan ASII hanya 716.000 atau 63% dari target kami dalam satu tahun," ujar Pandu dalam risetnya hari ini (22/9).

Selain itu, pangsa pasarnya di Agustus justru turun dibandingkan dengan Juli 2017. Yakni, dari 56% di Juli menjadi 54% di Agustus. Menurut Pandu, ini lantaran pesaingnya menawarkan diskon secara agresif.

"Dampak persaingan ketat akan datang dari pengiriman grosir pertama Mitsubishi Xpander pada bulan Oktober atau November," ungkap Pandu.

Namun, di 2018 sepertinya tidak akan jadi tahun yang suram bagi ASII. Perusahaan ini diproyeksi akan melakukan pengenalan model baru untuk mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar.

Untuk kendaraan roda dua, produk yang dipasarakan ASII bakal memberikan dampak positif. ASII mencatatkan sekitar 2,82 juta motor yang terjual pada delapan bulan pertama tahun ini.

Di tengah pasar roda dua yang flat, ASII justru mencatatkan pertumbuhan penjualan roda dua sebesar 2,8% sepanjang delapan bulan pertama ini dibandingkan periode yang sama di 2016

Pandu beranggapan, kondisi ini didorong dari harga komoditas yang lebih tinggi pada Januari hingga Agustus 2017 lalu. Ke depannya, dengan mengingat prospek inflasi yang lebih rendah,harga komoditas yang kuat, dan rendahnya tingkat suku bunga diproyeksi prospek segmen kendaraan roda duanya akan positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie