KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenangan Donald Trump pada hasil sementara pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) telah mempengaruhi aliran modal keluar investor asing dari pasar modal tanah air. Hal tersebut terutama terjadi pada saham-saham bank yang kompak memerah selama dua hari berturut. Adapun, aksi keluarnya investor asing tampak terjadi rata pada semua kelompok bank, tak terbatas pada empat bank besar. Di mana, keluarnya investor asing juga sudah terlihat sebelum pilpres AS berlangsung. Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang pada perdagangan Kamis (7/11) menjadi saham yang paling banyak ditinggal asing.
Berdasarkan data RTI, telah terjadi penjualan saham BCA oleh asing senilai Rp 547,2 miliar.
Baca Juga: Ekonom Perkirakan Kemenangan Trump akan Batasi Masuknya Aliran Modal Asing Hal tersebut membuat saham berkode emiten BBCA mengalami penurunan hingga 2,63% dari harga hari sebelumnya menjadi Rp 10.175 per saham. Pada hari sebelumnya, koreksi yang terjadi pada BBCA hanya sekitar 0,48%. Pada jam perdagangan yang sama, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mencatat keluarnya aliran modal asing senilai Rp 370,6 miliar. Ini menambah catatan penjualan oleh asing di saham BRI selama sebulan terakhir yang mencapai sekitar Rp 4,38 triliun. Kondisi tersebut juga turut membuat saham bank berkode BBRI ini mengalami koreksi 1,09% dari hari sebelumnya menjadi Rp 4.550 per saham. Dalam sebulan terakhir, BBRI telah merosot hingga 6,38%. Contoh lain dari yang bukan bank KBMI 4, ada juga PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang pada perdagangan hari ini mengalami penjualan oleh asing senilai Rp 12,3 miliar. Di mana, dalam sebulan terakhir, tercatat penjualan investor asing mencapai Rp 138,4 miliar. Padahal, bank syariah terbesar di Indonesia ini sejatinya memiliki kinerja saham yang paling bagus di antara emiten bank lainnya. Mengingat, saham berkode emiten BRIS ini sudah naik sekitar 63,79% secara tahunan menjadi Rp 2.850 per saham. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Adityo Nugroho bilang adanya arus modal keluar asing lebih disebabkan faktor eksternal, seperti kemenangan Donald Trump. Sebab, ia melihat sebenarnya kinerja sektor perbankan Indonesia masih positif.
Baca Juga: Kinerja Bank Milik Konglomerat Merosot Pada Kuartal III-2024 Menurutnya, kondisi ini justru bisa dimanfaatkan investor dalam negeri untuk mendapatkan harga yang menarik. Hanya saja, perlu diingat bahwa sebaiknya lebih dulu menunggu ketika arus keluar investor asing mereda terlebih dahulu. “Tapi masih wait and see dulu, kalau pas akhir tahun kondisi eksternal masih kurang kondusif mungkin masih ada arus capital outflow,” ujar Adit, Kamis (7/11). Oleh karenanya, untuk saat ini, ia lebih banyak menilai saham-saham bank besar masih menarik untuk dikoleksi. Namun, ia tak membuat berapa target harga dari masing-masing bank tersebut. Sementara itu, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi bilang terpilihnya Trump memberikan beberapa efek. Salah satunya, potensi tertahannya suku bunga The Fed di level tinggi seiring tidak tercapainya normalisasi inflasi AS jika Trump menurunkan tarif pajak perusahaan. “Sebelum election, pasar masih meyakini pemangkasan suku bunga sebanyak 50-75 basis poin (bps) hingga akhir 2024 dan saat ini hingga akhir 2025 hanya berpotensi terjadi pemangkasan suku bunga FFR ke level 3,75%-4,00%, per CME FedWatch,” ujar Audi. Ia juga menyebutkan bahwa saat ini ada beberapa bank yang memang menarik untuk dikoleksi dan itu tak hanya terpatok pada bank KBMI 4. Sebab, ia juga melihat BRIS masih menarik dengan pembiayaan yang naik 15.32% per September 2024 ditambah peluang pangsa pasar syariah masih akan menjadi penopang pertumbuhan.
Baca Juga: Kredit Menganggur Bank Mandiri (BMRI) Naik 13,3%, Berikut Pemicunya Di sisi lain, meskipun BRIS telah naik tajam sejak awal tahun, Audi menilai harga BRIS saat ini belum tergolong
overvalued. Sebab, dengan terkoreksinya IHSG saat ini membuat normalisasi harga saham yang
overvalued. Oleh karenanya, ia merekomendasikan
trading buy untuk
BRIS dengan target Rp 3.140 per saham. Selain itu, ia juga merekomendasikan
BBCA dan
BMRI yang kuat dalam kredit korporasi dengan target harga masing-masing Rp 11.150 dan Rp 7.200. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menambahkan selama harga saham belum mencapai target yang ditetapkan, sejatinya hal tersebut belum tergolong overvalue. Namun, ia lebih merekomendasikan untuk dalam kondisi saat ini saham-saham bank KBMI 4. Selain itu, Nico juga bilang ada beberapa saham bank lain yang layak dilirik, antara lain
BNGA,
BRIS,
ARTO. Namun, ia mengingatkan agar investor memastikan fundamental kuat dan punya potensi valuasi di masa yang akan datang.
“Tapi perhatikan durasi investasi ya. Karena volatilitas masih akan cukup tinggi setidaknya untuk jangka pendek,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi