JAKARTA. Penguatan rupiah terhadap dollar AS dalam jangka pendek masih ditopang faktor esternal yaitu melemahnya nilai tukar dolar AS. Hingga pukul 10.59 WIB, rupiah di pasar spot menguat dari level Rp 9.038 per dolar AS ke posisi Rp 9.018 per dollar AS.Analis PT Commonwealth Bank, Mika Martumpal memperkirakan hari ini, rupiah akan bergulir di kisaran Rp 9.000 per dollar AS hingga Rp 9.025 per dollar AS. Menurutnya, selain pelemahan dolar AS, otot rupiah juga tertopang rebound pasar saham, dan kemungkinan besar penguatan pada harga obligasi.Namun, Mika bilang, secara fundamental dari dalam negeri belum ada faktor signifikan yang bisa menggiring penguatan rupiah. Angka inflasi masih tinggi, dan belum ada kepastian suku bunga akan naik mengikuti inflasi. "Faktor positif hanya surplus perdagangan kita yang mencapai US$ 3,7 miliar," ujarnya.Adapun, sentimen krisis di Mesir dinilainya tidak berdampak signifikan langsung ke rupiah. Menurutnya, faktor itu hanya menggerakkan persepi pasar terhadap risiko di negara berkembang.Mika memperkirakan, selama tidak ada kenaikan bunga acuan dan inflasi tidak mengalami penurunan, kecenderungan rupiah masih melemah dalam 3 bulan ke depan. Kalaupun terjadi penguatan, hanya sesaat atau bersifat jangka pendek."Kalau tingkat pengangguran di AS pekan ini turun signifikan, dollar AS bisa menguat, sehingga berdampak negatif untuk rupiah," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Rupiah tertopang rebound saham dan pelemahan dolar AS
JAKARTA. Penguatan rupiah terhadap dollar AS dalam jangka pendek masih ditopang faktor esternal yaitu melemahnya nilai tukar dolar AS. Hingga pukul 10.59 WIB, rupiah di pasar spot menguat dari level Rp 9.038 per dolar AS ke posisi Rp 9.018 per dollar AS.Analis PT Commonwealth Bank, Mika Martumpal memperkirakan hari ini, rupiah akan bergulir di kisaran Rp 9.000 per dollar AS hingga Rp 9.025 per dollar AS. Menurutnya, selain pelemahan dolar AS, otot rupiah juga tertopang rebound pasar saham, dan kemungkinan besar penguatan pada harga obligasi.Namun, Mika bilang, secara fundamental dari dalam negeri belum ada faktor signifikan yang bisa menggiring penguatan rupiah. Angka inflasi masih tinggi, dan belum ada kepastian suku bunga akan naik mengikuti inflasi. "Faktor positif hanya surplus perdagangan kita yang mencapai US$ 3,7 miliar," ujarnya.Adapun, sentimen krisis di Mesir dinilainya tidak berdampak signifikan langsung ke rupiah. Menurutnya, faktor itu hanya menggerakkan persepi pasar terhadap risiko di negara berkembang.Mika memperkirakan, selama tidak ada kenaikan bunga acuan dan inflasi tidak mengalami penurunan, kecenderungan rupiah masih melemah dalam 3 bulan ke depan. Kalaupun terjadi penguatan, hanya sesaat atau bersifat jangka pendek."Kalau tingkat pengangguran di AS pekan ini turun signifikan, dollar AS bisa menguat, sehingga berdampak negatif untuk rupiah," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News