KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Para analis mulai memprediksi soal kepastian perpanjangan kontrak pada pemegang Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) yang sejatinya adalah perusahaan tambang batubara kakap. Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengungkapkan, diperpanjangnya permohonan Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), tidak serta merta memberikan sentimen positif pada saham emiten terkait. "Kalau memperpanjang izin, orang punya ekspektasi hasilnya akan sama, jadi bukan sentimen khusus atau positif bagi emiten terkait. Kecuali, kalau ada emiten yang tidak memperpanjang izin, baru jadi sentimen negatif," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Senin (12/11). Meskipun begitu, dilihat dari prospek sektoral Alfred menilai saham emiten tambang batubara masih memiliki prospek positif. Ini dilihat dari masih tingginya harga batubara sepanjang 2017 dan 2018. "Ke depan, belum ada ekspetasi bahwa harga batubara bakal slowdown. Sehingga dengan kondisi harga batubara solid dan strong seperti ini, pertambahan produksi akan berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan emiten sektor itu," ungkapnya. Sayangnya, meskipun harga batubara masih berada di kisara US$ 80 hingga US$ 100 per metrik ton, belum banyak saham sektor batubara yang bisa direkomendasikan. Dari Alfred, hanya merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA). "Kami melihat PTBA masih menarik, karena faktor valuasi dan daya belinya masih cukup bagus di kuartal III 2018," ujarnya. Menurutnya, hampir semua emiten batubara saat ini memiliki pertumbuhan yang relatif stabil, begitu juga dengan kenaikan produksinya. Namun, jika harus merekomendasikan mana yang paling menarik, Alfred menilai hanya PTBA. "Apalagi, kalau masalah di sisi transportasi PTBA bisa selesai dalam satu hingga dua tahun ke depan, diperkirakan akan ada lompatan produksi di emiten ini," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Saham emiten batubara masih memiliki prospek positif
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Para analis mulai memprediksi soal kepastian perpanjangan kontrak pada pemegang Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) yang sejatinya adalah perusahaan tambang batubara kakap. Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengungkapkan, diperpanjangnya permohonan Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), tidak serta merta memberikan sentimen positif pada saham emiten terkait. "Kalau memperpanjang izin, orang punya ekspektasi hasilnya akan sama, jadi bukan sentimen khusus atau positif bagi emiten terkait. Kecuali, kalau ada emiten yang tidak memperpanjang izin, baru jadi sentimen negatif," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Senin (12/11). Meskipun begitu, dilihat dari prospek sektoral Alfred menilai saham emiten tambang batubara masih memiliki prospek positif. Ini dilihat dari masih tingginya harga batubara sepanjang 2017 dan 2018. "Ke depan, belum ada ekspetasi bahwa harga batubara bakal slowdown. Sehingga dengan kondisi harga batubara solid dan strong seperti ini, pertambahan produksi akan berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan emiten sektor itu," ungkapnya. Sayangnya, meskipun harga batubara masih berada di kisara US$ 80 hingga US$ 100 per metrik ton, belum banyak saham sektor batubara yang bisa direkomendasikan. Dari Alfred, hanya merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA). "Kami melihat PTBA masih menarik, karena faktor valuasi dan daya belinya masih cukup bagus di kuartal III 2018," ujarnya. Menurutnya, hampir semua emiten batubara saat ini memiliki pertumbuhan yang relatif stabil, begitu juga dengan kenaikan produksinya. Namun, jika harus merekomendasikan mana yang paling menarik, Alfred menilai hanya PTBA. "Apalagi, kalau masalah di sisi transportasi PTBA bisa selesai dalam satu hingga dua tahun ke depan, diperkirakan akan ada lompatan produksi di emiten ini," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News