KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor disarankan
wait and see terlebih dahulu jika ingin masuk ke reksadana
offshore, khususnya yang meniliki
underlying asset berbasis ekuitas di China.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan sepanjang bulan Agustus 2023, mayoritas reksadana
offshore mencatatkan
return negatif. "Terutama yang memiliki
underlying asset berbasis ekuitas di China yang memang sedang mengalami penurunan signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).
Selain
underlying asset berbasis ekuitas di China, reksadana
offshore berbasis saham-saham Amerika Serikat (AS) juga turun. Namun, penurunannya cukup minimal seiring dengan masih solidnya ekonomi AS dan saham teknologi yang masih cukup stabil sehingga menopang harga sahamnya.
Baca Juga: Prospek Reksadana Saham Offshore Menarik, Ini Faktor Pendorongnya Berdasarkan data Infovesta, sejumlah
underlying asset berbasis ekuitas di China memang mengalami penurunan sejak awal tahun (YtD). Antara lain BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD Kelas RK1 turun 6,69% YtD dan Eastspring Syariah Greater China Equity USD Kelas A turun 8,91% YtD. Sejumlah reksadana dengan
underlying asset berbasis ekuitas di Asia juga mencetak penurunan sejak awal tahun. Contohnya, Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas A turun 3,06%, Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas B turun 1,56% dan Manulife Saham Syariah Golden Asia Dolar AS Kelas A1 turun 4,47% YtD. Sementara secara bulanan (
month on month/ MoM), dari 27 reksadana
offshore tercatat hanya satu produk yang mencetak
return positif, yakni Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity Fund yang hanya naik 0,53%. Sementara penurunan terdalam terjadi pada produk Batavia China Impact Sharia Equity USD dengan penurunan 7,39% MoM. Jika dibandingkan dengan reksadana saham lokal, Fajar menyebut
return dari reksadana
offshore masih terbilang cukup unggul. Namun, hal ini untuk produk-produk
underlying ekuitas di AS yang berisikan saham-saham teknologi AS. "Secara YtD ada Batavia Technology Sharia Equity USD yang naik 35,27%, yang isinya saham-saham teknologi AS yang memang mengalami kenaikan cukup masif sejak awal tahun," jelasnya. Di sisi lain, reksadana saham lokal secara YtD tertinggi hanya 19,56% untuk produk Recapital Equity. Meski demikian, beberapa reksadana saham lokal juga banyak yang mampu mengalahkan indeks (IHSG) secara YTD sehingga dinilai masih cukup menarik.
Baca Juga: Produk SBN atau Reksadana Pendapatan Tetap, Mana yang Lebih Cuan? Apalagi fajar melihat masih terdapat bayang-bayang perekonomian China yang masih sulit pulih. Lalu valuasi saham-saham AS yang sudah cukup mahal, ditambah ada potensi the Fed masih akan berpotensi dalam menaikkan suku bunga dan menahannya cukup lama. "Maka untuk saat ini sebaiknya
wait and see terlebih dahulu (jika ingin masuk reksadana
offshore)," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi