KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, dan fokus pada kualitas aset. Pasalnya, analis menyebut pertumbuhan kredit CIMB Niaga pada pertengahan Kuartal III-2024 terlihat melandai dan berada di bawah
guidance pertumbuhan kredit pada tahun ini yang dikisaran 5-7%
year on year/yoy. Dalam rinciannya penyaluran kredit CIMB Niaga tercatat sebesar Rp 202,93 triliun per Agustus 2024, tumbuh 3,35% yoy dibandingkan periode tahun lalu Rp 196,34 triliun Direktur
Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengatakan, meski secara total pertumbuhan kredit (
bank only) tumbuh di bawah guidance manajemen, namun segmen retail masih dapat tumbuh di atas 6% yoy pada Agustus 2024.
“Jadi kalau untuk di retail sebetulnya masih di atas 6%. Mungkin kita di akhir tahun
bisa sampai 7-8%. Tentunya ini ada keterkaitan juga dengan
cost of fund yang belum turun. Sehingga kita lebih fokus pada aset quality. Jadi kita justru melihat bagaimana kita
bisa
memberikan
pinjaman
yang
proteksi
aset
quality
yang
bagus,” ungkap pria yang akrab disapa Dede kepada Kontan saat ditemui dalam acara
The Cooler Earth (TCE)
Sustainability Series 2024 di Jakarta, Selasa (2/10).
Baca Juga: Aliran Kredit Berpotensi Deras di Era Prabowo Lebih lanjut Dede bilang, dengan fokus pada kualitas aset, maka rasio
non performing loan (NPL) jauh lebih rendah dibandingkan dengan market industri perbankan saat ini. Pihaknya juga melihat momentum awal
tahun
2025 mendatang akan
sangat
positif dengan program-program pemerintahan baru. “Kita udah ready untuk kita bisa
gear up lagi, kita juga yakin biaya dana akan turun
dengan penurunan BI rate. Dan mungkin dengan peralihan pemerintahan yang positif,
dengan agenda-agenda yang luar biasa, tentunya harapan kami kondisi makro ataupun
internasional
itu
tidak
terlalu
mengganggu,” ungkap Dede. Dengan optimisme nilai rupiah yang relatif lebih stabil, inflasi yang rendah, sehingga penyaluran kredit CIMB Niaga kedepannya akan lebih tumbuh hingga dua digit, terutama untuk segmen konsumsi, dimana KPR hijau bisa tumbuh lebih
dari
20%.
Penilaian Analis terhadap Kinerja CIMB Niaga Di sisi lain, Rahmanto Tyas
Investment Analyst Lead Stockbit menilai,
bank only dari Bank CIMB Niaga (BNGA) pada Agustus 2024 sebagai performa yang netral, dengan laba bersih Rp 4,4 triliun, naik 4,23% yoy (
bank only). “Performa tersebut didorong oleh penurunan NIM secara bulanan dan kerugian valas,
credit cost yang terjaga dan terjaganya likuiditas akibat melandainya pertumbuhan kredit,” ungkap antotyas dalam keterangan resminya, Selasa (2/10). Antotyas merinci
net interest margin (NIM) pada Agustus 2024 mencapai 3,7%, turun secara bulanan. Hasil ini membuat NIM selama delapan bulan menjadi 3,9%, di bawah
guidance (
consolidated) full year 2024 manajemen yang di kisaran 4,2% sampai 4,4%. Hal ini menyebabkan
Net Interest Income (NII) tertekan menjadi Rp993 M atau turun 9%
month to month (MoM), dan turun 4% YoY pada Agustus 2024, sehingga NII selama periode 8 bulan pertama juga turun 4% YoY. Penurunan NII juga sejalan dengan
Pre–Provision Operating Profit (PPOP) yang turun sebesar 13% MoM, disebabkan oleh berlanjutnya kerugian dari penjabaran transaksi valuta asing (valas) sebesar Rp307 miliar dibandingkan dengan Juli 2024 yang rugi Rp 611 miliar. Dari sisi
Credit cost (CoC) pada Agustus 2024 tercatat mencapai 0,45% atau naik 10 bps MoM, dan naik 37 bps YoY. “Angka ini kami nilai masih di level yang terjaga meski sedikit meningkat. Hasil tersebut membuat
credit cost sela selama delapan bulan pertama menjadi 0,6%, lebih baik dibandingkan
guidance FY24F manajemen di kisaran 1% sampai 1,1%. Terjaganya CoC tercermin pada penurunan beban provisi selama delapan bulan pertama yang turun 41% YoY,” ungkap dia.
Sementara itu dia bilang, likuiditas CIMB Niaga masih terjaga akibat melandainya pertumbuhan kredit. Pasalnya penyaluran kredit (termasuk pembiayaan syariah) melandai ke 3,4% YoY pada delapan bulan pertama dibandingkan tujuh bulan pertama yang naik 4,8% YoY, ini berada di bawah
guidance full year 2024 oleh manajemen di level 5–7%. “Pertumbuhan ini didorong pertumbuhan pembiayaan syariah yang naik 11% YoY. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi menjadi 4,3% YoY, sehingga
Loan to Deposit Ratio turun ke level 82,9%. Meski demikian, penyaluran kredit dan DPK secara bulanan masing–masing turun 1,5% MoM dan 1,4% MoM,” ungkapnya.
Baca Juga: Sekuritisasi Aset Jadi Opsi Terakhir Bank Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati