Analis Semesta Indovest rekomendasikan wait and see saham-saham LQ45 ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar prospek saham LQ45 yang masuk kelompok saham pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Februari 2019, belum menarik dilirik. Di mana, sentimen sektor masing-masing emiten tersebut belum mendukung.

Beberapa saham LQ45 tersebut yakni ASII yang terkoreksi 15,4% sepanjang Februari ini, diikuti BMRI 4,4%, BBCA 2,1%, INKP 15,2%, UNVR 2,7%, INDF 8,7%, dan ICBP 5,1%. Sedangkan selain anggota LQ45, BEI juga mencatat beberapa saham yang turut andil menjadi pemberat IHSG bulan ini.

Di antaranya, saham JPFA yang terkoreksi paling banyak yakni 23,5%, BDMN 6,3% dan TKIM yang terkoreksi hingga 17,1%.


Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya perdana Putra menilai, banyaknya saham LQ45 yang tergerus, sebagai bagian dari tren rebalancing industri. Di mana, kebanyakan saham laggard dihuni emiten sektor perbankan, aneka industri dan konsumer.

Dia mengatakan, dari saham saham tersebut, hanya saham sektor perbankan yang memiliki prospek positif untuk jangka panjang. Sementara sisanya, Aditya merekomendasikan investor untuk wait and see.

"Ini bisa jadi indikasi rebalancing industri dan dilihat baik oleh investor domestik dan asing untuk melihat view di 2019. Ketika mreka dia (saham) naik turun, itu refleksi kondisi ke depan," kata Aditya kepada Kontan.co.id, Kamis (28/2).

Untuk jangka panjang, Aditya menilai prospek saham perbankan lebih positif. Apalagi, sepanjang 2018 emiten perbankan rata-rata sanggup membukukan kenaikan margin 10-12%.

Di sisi lain, perlu diakui valuasi saham perbankan tersebut cenderung masuk kelas premium (valuasi mahal). "Outlook bank masih agak bagus meskipun terbatas. Rekomendasi saya, BMRI bisa dibeli dari sekarang, selebihnya wait and see," jelasnya.

Sedangkan untuk sektor otomotif, Aditya menilai prospeknya masih suram di 2019, begitu juga dengan sektor konsumsi. Meskipun daya beli masyarakat di 2019 cenderung masih bagus, namun hal tersebut belum bisa menjamin margin emiten bisa tumbuh lebih tinggi.

"ICBP dan UNVR daya belinya masih bagus, namun dilihat dari margin masih flat. Ini karena momentum perbaikan konsumsi masih akan tertahan di 2019," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto