Analis: Seminggu ini, minyak akan bergerak flat



JAKARTA. Spekulasi penurunan peringkat utang Irlandia dan ketegangan politik di Korea menekan harga minyak. Kemarin, hingga pukul 20.30 WIB, minyak mentah untuk kontrak pengiriman Januari 2011 turun ke US$ 80,34, dari sebelumnya US$ 81,74 sebarel.

Analis Askap Futures Ibrahim menyebut, sentimen negatif itu menekan euro sehingga memicu penguatan dollar AS. Alhasil, pasar enggan masuk ke sektor komoditas. Kecemasan di Eropa juga memicu investor melakukan profit taking di minyak, karena berspekulasi krisis bakal melemahkan permintaan minyak.Herry Setyawan, analis Indosukses Futures sepakat saat ini pasar lebih yakin untuk memegang dollar AS dibanding major currency seperti euro. Prospek dollar lebih bagus daripada Eropa yang masih terbelit kecemasan krisis. "Makanya aset yang sifatnya bukan lindung nilai seperti komoditas dan saham tertekan," ujarnya.Lanjut Herry, sentimen negatif di pasar minyak semakin kuat dengan memanasnya hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Keduanya disebutkan bersiap perang. Ketegangan ini juga mengarahkan pasar memegang uang tunai dalam dollar AS, sehingga mengurangi daya tarik minyak.Namun, di sisi lain, menurutnya, ketegangan di Korea juga bisa menjadi sentimen pendongkrak minyak. Jika kondisi itu berlanjut, pasokan dan suplai bisa terhambat, apalagi kebutuhan bahan bakar cenderung bertambah di saat perang. Maka, sepekan ini Herry menduga minyak akan cenderung flat, yaitu harga di awal dan akhir pekan tidak banyak berubah. Namun, pergerakan harian akan fluktuatif di kisaran US$ 78-US$ 85, tergantung perkembangan isu di Eropa, Korea dan China.Ibrahim memprediksi pekan ini minyak akan bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah di US$ 80-US$ 82 sebarel. Kalaupun ada koreksi karena ketegangan di Korea dan Eropa, tidak akan jatuh ke bawah US$ 80. Sebab, menurutnya OPEC mematok harga minyak di US$ 80 sampai US$ 85 sebarel.Dia juga yakin kebutuhan minyak masih tetap besar di AS memasuki musim dingin. Selain itu, Departemen Energi AS, Rabu (24/11) ini, akan merilis data cadangan minyak dan bensin yang diprediksi turun. Jika data ini menunjukkan penurunan, biasanya dipakai spekulan untuk mengangkat minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie