JAKARTA. Belakangan, beredar anggapan yang menyebut saham emiten di Indonesia termasuk premium. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi sejumlah emiten untuk melakukan pemecahan saham alias stock split. Hari ini, Selasa (6/3), PT Petrosea Tbk (PTRO) akan melangsungkan stock split dengan rasio pemecahan unit saham 1:10.Pada perdagangan Senin (5/3) lalu, saham anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) tersebut ditutup di level Rp 44.000 dan pada pembukaan perdagangan hari ini pun saham PTRO sudah diperdagangkan di Rp 4.400 per saham.Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, pemecahan saham yang dilakukan PTRO tidak akan terlalu menarik. Alasannya, sebagai perusahaan, PTRO tidak terlalu dominan karena industrinya cenderung flat saat ini. "Outlook kedepannya cenderung flat karena pendapatan dari lifting oil cenderung stagnan," jelasnya.Bahkan saat ini, PTRO diperkirakan hanya menjaga permintaan dari pelanggan yang sudah ada. "Sepertinya prospeknya tidak akan sebaik Astra," tambahnya.Memang selain PTRO, PT Astra International Tbk (ASII) pun berminat menggelar pemecahan saham dengan ratio yang sama, 1:10.Semakin ramainya perusahaan menggelar stock split juga terjadi karena Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah melakukan pemberitahuan kepada beberapa perusahaan yang sahamnya sudah termasuk jajaran mahal. "Kami sudah pernah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan untuk mendorong mereka melakukan stock split," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Analis: Stock split PTRO kurang menarik
JAKARTA. Belakangan, beredar anggapan yang menyebut saham emiten di Indonesia termasuk premium. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi sejumlah emiten untuk melakukan pemecahan saham alias stock split. Hari ini, Selasa (6/3), PT Petrosea Tbk (PTRO) akan melangsungkan stock split dengan rasio pemecahan unit saham 1:10.Pada perdagangan Senin (5/3) lalu, saham anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) tersebut ditutup di level Rp 44.000 dan pada pembukaan perdagangan hari ini pun saham PTRO sudah diperdagangkan di Rp 4.400 per saham.Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, pemecahan saham yang dilakukan PTRO tidak akan terlalu menarik. Alasannya, sebagai perusahaan, PTRO tidak terlalu dominan karena industrinya cenderung flat saat ini. "Outlook kedepannya cenderung flat karena pendapatan dari lifting oil cenderung stagnan," jelasnya.Bahkan saat ini, PTRO diperkirakan hanya menjaga permintaan dari pelanggan yang sudah ada. "Sepertinya prospeknya tidak akan sebaik Astra," tambahnya.Memang selain PTRO, PT Astra International Tbk (ASII) pun berminat menggelar pemecahan saham dengan ratio yang sama, 1:10.Semakin ramainya perusahaan menggelar stock split juga terjadi karena Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah melakukan pemberitahuan kepada beberapa perusahaan yang sahamnya sudah termasuk jajaran mahal. "Kami sudah pernah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan untuk mendorong mereka melakukan stock split," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News