Analis: Tren CPO Masih Bullish



JAKARTA. Rebound harga crude palm oil (CPO) diramal masih akan terus berlanjut. Kemarin, penguatannya berlangsung untuk hari keempat. Hingga pukul 18.10, harga CPO untuk kontrak pengiriman Oktober di Bursa Derivatif Malaysia (MDEX) meloncat tajam dan mencapai US$ 868,3 per ton.

Ada beberapa faktor pemicunya. Pertama, adanya kekhawatiran turunnya suplai akibat faktor cuaca. Kedua, tingginya harga kedelai juga melambungkan harga CPO. Asal tahu saja, faktor bencana kekeringan di Rusia dan cuaca buruk di Kanada juga Eropa menghancurkan produksi pertanian. Akibatnya, harga bahan pangan, seperti kedelai dan gandum terancam melonjak tinggi. Minyak kedelai untuk pengiriman Mei naik 2,1% menjadi 8.286 yuan (US$ 1,225) per ton di Dalian Commodity Exchange. Tingginya harga kedelai ini memunculkan spekulasi bertambahnya permintaan CPO.Analis Askap Futures, Ibrahim menyebut pekan ini harga CPO masih berpotensi naik karena tingginya permintaan. Apalagi, produksi dari Malaysia tahun ini diprediksi akan berkurang 500.000 ton dari kapasitas 17 juta ton per tahun.Dia memperkirakan, rebound harga CPO masih berpeluang hingga pekan mendatang. Dan minggu ini, akan bergulir di US$ 868-US$ 872 per ton. Tapi, setelah itu, akan mengalami koreksi dulu karena kenaikannya sudah sangat tinggi. Namun, ini tidak mengubah tren CPO yang masih bullish hingga akhir tahun. "Apalagi di akhir tahun, panen kedelai sudah berakhir, sehingga permintaan CPO cenderung bertambah," kata Ibrahim.Vice President Riset Valbury Asia Futures, Nico Omer Jonckheere menilai meski kenaikan harga CPO saat ini sudah terbilang sangat tinggi, namun tingginya permintaan masih berpeluang mengangkat harga. Apalagi, didukung tingginya harga kedelai, dan kekhawatiran suplai.Pekan ini, dia memperkirakan, CPO masih berpotensi mencapai US$ 850-US$ 900 per ton. Tapi, lanjutnya, di pasar rawan terjadi provit taking akibat kenaikan yang sangat tinggi. "Juga dikhawatirkan, faktor permintaan dan suplai itu sudah terefleAksi pada harga sekarang ini," urai Nico

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie