Analis: Untuk bayar utang CPIN bisa rights issue



JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) memiliki utang yang bakal jatuh tempo pada September 2014. Masih ada jeda yang cukup panjang memang, tapi utang yang jatuh tempo cukup besar.

Mengacu pada laporan keuangan perusahaan, utang yang wajib dilunasi itu berasal dari utang sindikasi dari Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd, Singapura, Citibank, N.A Cabang Jakarta, BCA, DBS Indonesia, dan Bank Mandiri yang terbagi ke dalam dua seri, yaitu seri B1 dan B2.

Seri B1 memiliki nilai US$ 60 juta atau setara Rp 696,78 miliar, sementara seri B2 memiliki nilai Rp 300 miliar. Jadi, jika ditotal, utang yang dalam perjanjiannya wajib dilunasi sekaligus pada saat tanggal jatuh tempo ini senilai Rp 996,78 miliar.


Untuk seri B1, bunga yang dikenakan sebesar 2,93%-2,96%. Sementara, seri B2 memiliki tingkat suku bunga 7,3%-8,73%.

Informasi saja. Kedua seri utang itu merupakan bagian dari fasilitas kredit serupa dengan nilai plafon US$ 150 juta dan Rp 900 miliar. Selain terbagi ke dalam seri B1 dan B2, fasilitas itu juga dibagi ke dalam seri A1 dan A2.

Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, bukan berarti samasekali tidak memiliki kemampuan, tapi tahun depan keuangan CPIN bisa makin terhimpit. "Pendapatannya rupiah, impornya pakai dolar, harus bayar utang dolar juga," imbuhnya, (4/12).

Kondisi makro tahun depan juga belum bisa ditebak secara pasti. Posisi rupiah tahun depan juga kemungkinan besar masih akan bermain di level Rp 11.000-Rp 12.000 per dollar AS.

Belum lagi, posisi debt to equity ratio (DER) CPIN yang sudah berada sedikit di atas DER industri pakan ternak. DER CPIN sudah ada di level 1,7 kali, sementara DER industrinya sekitar 1,5 kali. Posisi ini membuat kemampuan CPIN untuk mencari pinjaman yang nantinya dijadikan alat refinancing utang semakin terbatas.

Jadi, opsi yang paling memungkinkan untuk membayar utang CPIN tahun depan adalah dengan menerbitkan obligasi, tapi obligasi dalam bentuk rupiah. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi selisih kurs yang rentangnya sudah cukup jauh.

Tapi, perlu diingat. Penerbitan obligasi itu juga belum tentu menarik di mata investor mengingat DER CPIN sudah diatas DER industrinya. "Jadi, yang paling logis adalah dengan rights issue," pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri