Analis: Vaksin covid-19 tidak sepenuhnya jadi katalis positif bagi emiten farmasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran pandemi virus corona telah menjadi katalis positif bagi emiten sektor farmasi. Namun, nyatanya di satu sisi keadaan saat ini juga memberikan sentimen negatif terhadap emiten farmasi.

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan emiten farmasi mendapat dorongan pertumbuhan kinerja selama pandemi virus corona berlangsung. Pasalnya, produk obat-obatan yang sifatnya preventif seperti produk multivitamin dan obat herbal mencatatkan kenaikan permintaan yang tinggi.

“Namun pandemi covid-19 tidak sepenuhnya berdampak positif terhadap sektor farmasi. Hal ini dikarenakan penjualan obat-obatan resep justru mencatatkan penurunan seiring dengan menurunnya volume kunjungan pasien ke rumah sakit,” ujar Rendy kepada Kontan.co.id, Minggu (13/9).


Secara umum, Rendy menilai selama berlangsungnya pandemi dan kabar mengenai update vaksin virus corona, pergerakan harga saham emiten farmasi mengalami kenaikan. Walaupun menurutnya, pergerakan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) relatif masih tertinggal dibanding kenaikan saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).

Ke depan, Rendy menyebut perkembangan uji klinis vaksin virus corona akan menjadi kabar yang sensitif terhadap pergerakkan harga saham emiten farmasi. Walau secara umum menjadi katalis positif, tak bisa dipungkiri akan bisa berbalik menjadi katalis negatif yang berpotensi menekan kinerja emiten farmasi.

Baca Juga: Simak rekomendasi beberapa emiten farmasi di tengah pengembangan vaksin corona

“Kesiapan kapasitas produksi untuk vaksin covid-19 setelah nantinya sudah lulus uji klinis dan siap untuk dikonsumsi oleh publik secara massal berpotensi jadi katalis negatif. Dikhawatirkan fasilitas produksi masih belum mencukupi untuk dapat memproduksi vaksin untuk disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia,” jelas Rendy. 

Hal tersebut berpotensi berujung pada diperlukannya pengeluaran dana investasi tambahan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam waktu yang cukup singkat. Akan tetapi, Rendy mengatakan hal itu tentunya melihat seperti apa perkembangan uji klinis vaksin yang saat ini masih berlangsung.

Walau secara pergerakan harga saham masih relatif tertinggal, Rendy tetap menjagokan KLBF sebagai emiten farmasi pilihannya. Menurutnya, dari posisi fundamental KLBF lebih solid dengan penghematan biaya operasional yang mendorong marjin laba operasi dan laba bersih. Dari posisi neraca yang tercatat pun masih net cash, sehingga KLBF lebih fleksibel dalam melakukan ekspansi atau jika diperlukan investasi tambahan untuk peningkatan kapasitas produksi. 

“Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih KLBF sejauh ini masih inline dengan estimasi kami. Selain itu, dengan adanya pembatasan aktivitas untuk kegiatan outdoor, terdapat penghematan pada beban operasional seiring dengan berkurangnya jumlah acara-acara yang diselenggarakan untuk pemasaran produk,” pungkas Rendy.

Rendy pun merekomendasikan untuk beli saham KLBF dengan target harga setahun ke depan Rp 1.850 per saham

Selanjutnya: Berbagai kiat dilakukan pabrikan farmasi untuk menanggulangi kenaikan kurs dolar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .