Analis: Waspada dan jangan tergoda saham Grup Bakrie



JAKARTA. Saham-saham Grup Bakrie mulai bangkit dari titik terendahnya sepanjang 2010. Sebelumnya, saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencatat rekor pada 19 Agustus, lima dari tujuh saham berjuluk Seven Brothers justru terkapar. Padahal, saham-saham Bakrie sebelumnya dikenal bisa menentukan arah IHSG.

Kelima saham yang sempat menyentuh harga termurah itu adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan Energi Mega Persada (ENRG).

Harga saham PT Bakrie & Brothers (BNBR) bahkan sudah sekitar sebulan terbenam di harga Rp 50. Pada Kamis, (26/8) saham BNBR sempat terangkat ke level Rp 52 per saham, namun akhirnya kembali karam ke Rp 50 keesokan harinya. Padahal, induk usaha grup Bakrie ini pernah dihargai Rp 718 per saham pada 15 Februari 2008.


Saham Bakrie Telecom (BTEL) terakhir (27/8) diperdagangkan di Rp 150 per saham. Angka ini anjlok dari rekor harga tertinggi di Rp 407 per saham pada 4 Januari 2008. Artinya, harga BTEL sudah terpangkas 63,14%.

Terakhir, Jumat (27/8) lalu, harga saham ENRG berada di Rp 93 atau terperosok 93,42% dari rekor harga tertingginya pada 9 Januari 2008 di Rp 1.415 per saham. Kapitalisasi pasar dari ketujuh saham ini mencapai Rp 55,05 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari BUMI, yaitu sebesar Rp 32,79 triliun.

Cuma jangka pendek

Kepala Riset Sucorinvest Central Gani Adrian Rusmana mengatakan, meski harga saham grup Bakrie sudah diskon gede-gedean, investor sebaiknya tak cepat tergoda untuk memborong mereka. "Masih ada ratusan alternatif pilihan saham selain Seven Brothers," sarannya.

Ia menasehati agar investor mendalami laporan keuangan grup ini. "Jangan cepat takjub. Cermati, siapa auditor laporan keuangannya," jelas Adrian.Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang melihat, sebetulnya pergerakan Seven Brothers hanya terpaku pada saham BUMI. "Jika BUMI naik, biasanya menular pada saham lainnya," ujarnya.

Edwin juga menyentil BUMI yang belum memberikan kejelasan langkah untuk menyelesaikan utang jangka pendeknya senilai US$ 965 juta. Padahal, emiten ini hanya memiliki kas dan setara kas sebesar US$ 56 juta.

Pengamat pasar modal Satrio Utomo bilang, saham Bakrie hanya layak dibeli untuk jangka pendek, sementara untuk jangka panjang investor diminta menjauh. "Manajemennya terlalu rajin menggelar rights issue," sindirnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie