Analisis fenomena curah hujan ekstrem terhadap banjir di Kalimantan Selatan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir di Kalimantan Selatan masih menggenangi 5 dari 11 kabupaten/kota terdampak hingga Senin lalu (1/2), pukul 09.00 waktu setempat. Genangan  masih terpantau pada ketinggian 10 hingga 30 cm di beberapa kabupaten, seperti Hulu Sungai Tengah, Banjar, Hulu Sungai Selatan dan Tanah Laut.

TIngginya intensitas hujan ditengarai menjadi salah satu pemicu banjir meluas di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) pada akhir bulan lalu, dimana Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrim terjadi merata di Kalimantan Selatan di periode tanggal 8 hingga 14 Januari 2021. Prakirawan BMKG Kiki menyebutkan bahwa pada 11 dan 12 Januari 2021 telah dikeluarkan 12 peringatan dini hujan lebat untuk wilayah Kalsel, mulai pukul 02.40 waktu setempat atau wita.

“Peringatan dini tersebut didiseminasikan melalui website, mobile application Info BMKG, media sosial, serta whatsapp group atau telegram ke BPBD dan user setempat,” ujar Kiki dalam webinar pembelajaran banjir di Kalsel pada Selasa (2/2).


Di sisi lain, melihat produk identifikasi dampak berdasarkan prakiraan atau impact based forecast pada 11 – 12 Januari 2021, wilayah Kalsel termasuk salah satu kawasan pada status ‘Waspada,’ demikian juga pada 12 – 13 Januari 2021. 

Baca Juga: Pertamina pastikan penyaluran BBM dan LPG terpenuhi di wilayah banjir Jepara & Kudus

Oleh sebab itu, Kiki mengatakan banjir di Kalsel pada 12 Januari 2021 dipicu oleh hujan dengan intensitas ringan hingga ekstrem. Kondisi ini terjadi sejak 10 Januari 2021 di beberapa wilayah Kalsel.  “Kondisi atmosfer secara global, regional dan lokal di sekitar wilayah Kalimantan Selatan pada sebelum dan saat kejadian banjir sangat mendukung untuk pertumbuhan awan hujan,” tambahnya. 

Sementara itu, berbagai kondisi sebagai pemicu meluasnya banjir yang mengakibatkan puluhan ribu warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pantauan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat adanya perubahan penutupan lahan dari hutan kering ke perkebunan. Ini termasuk aktivitas tambang yang berlangsung dari 1990 sampai dengan 2019.

Editor: Handoyo .