Betapa terkejutnya seorang pengusaha teknologi informasi (TI) ketika datang sebuah paket ke rumahnya. Isinya belanjaan untuk sang istri. Tapi, yang bikin syok: istrinya tidak belanja lewat market place yang ia bangun, melainkan dari mal online lain. Dan yang bikin ia tambah kaget, barang belanjaan itu produk impor yang dijajakan secara lintas batas atau yang dikenal sebagai cross border e-commerce. Terbukalah matanya betapa transaksi belanja daring lintas batas ini telah menjadi ancaman yang nyata; bukan hanya bagi market-market place lokal, tapi juga bisa mematikan para pedagang dan produsen di Indonesia. Betapa tidak? Karena jelas, bukan cuma istrinya, jutaan pembelanja lain tentu tergiur oleh rayuan berjuta-juta produk baru yang sangat gampang dan cepat diperoleh. Murah pula. Raksasa e-commerce macam Alibaba dan Amazon tak hanya secara langsung menawarkan dagangan, melainkan juga lewat proksi atau kepanjangan tangan market place dan toko daring dalam negeri.
Ancaman cross border
Betapa terkejutnya seorang pengusaha teknologi informasi (TI) ketika datang sebuah paket ke rumahnya. Isinya belanjaan untuk sang istri. Tapi, yang bikin syok: istrinya tidak belanja lewat market place yang ia bangun, melainkan dari mal online lain. Dan yang bikin ia tambah kaget, barang belanjaan itu produk impor yang dijajakan secara lintas batas atau yang dikenal sebagai cross border e-commerce. Terbukalah matanya betapa transaksi belanja daring lintas batas ini telah menjadi ancaman yang nyata; bukan hanya bagi market-market place lokal, tapi juga bisa mematikan para pedagang dan produsen di Indonesia. Betapa tidak? Karena jelas, bukan cuma istrinya, jutaan pembelanja lain tentu tergiur oleh rayuan berjuta-juta produk baru yang sangat gampang dan cepat diperoleh. Murah pula. Raksasa e-commerce macam Alibaba dan Amazon tak hanya secara langsung menawarkan dagangan, melainkan juga lewat proksi atau kepanjangan tangan market place dan toko daring dalam negeri.