Ancaman Default AS Beri Dampak Mini ke Prospek Investasi Portofolio RI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) terancam mengalami gagal bayar utang alias default. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengungkapkan, default ini akan memicu bencana ekonomi yang bisa saja menyundut suku bunga AS terbang lebih tinggi.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, potensi default AS ini bisa menimbulkan gejolak finansial yang menjalar ke seluruh dunia.

Kabar buruknya, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang akan mendapat dampak negatif.


Karena menurut Riefky, bila default ini terjadi, maka investor di seluruh dunia akan lebih menilik aset investasi yang lebih aman (safe haven asset).

Dengan demikian, akan ada arus modal asing yang hengkang dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Isu AS Gagal Bayar Utang, Ekonom BSI: Tak Berdampak Signifikan ke Indonesia

"Ini juga termasuk shifting portofolio dari aset-aset negara berkembang ke negara maju, sehingga akan ada capital outflow dari negara berkembang ke negara maju, salah satunya Indonesia," tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (1/5).

Kabar baiknya, Riefky melihat potensi dampak rambatan ke Indonesia akan kecil. Ini dengan melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik.

Di sisi lain, pengetatan suku bunga negara maju juga sudah relatif tidak seagresif sebelumnya sehingga tekanan aliran modal asing keluar dari Indonesia sudah berkurang.

Buktinya, arus masuk ke pasar keuangan Indonesia baik obligasi maupun di pasar saham sudah mulai terlihat.

Data Bank Indonesia (BI) teranyar menunjukkan, pada pekan keempat April 2023 ada aliran modal asing masuk sebesar Rp 6,02 triliun.

Ini terdiri dari beli neto Rp 3,81 triliun di pasar surat berharga negara (SBN) dan beli neto Rp 2,21 triliun di pasar saham.

Baca Juga: Benarkah AS Terancam Gagal Bayar Utang?

Dengan perkembangan tersebut, berarti selama kurang lebih empat bulan pertama 2023, ada aliran modal asing masuk sebesar Rp 60,73 triliun ke pasar SBN dan Rp 13,63 triliun di pasar saham.

Dengan fundamental yang kuat dan potensi aliran masuk modal asing yang masih ada, maka Riefky yakin nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.000 per dolar AS sampai akhir 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari