Ancaman Gagal Bayar Utang AS Sudah di Depan Mata



KONTAN.CO.ID - WASINGTON. Perhatian investor kini semakin tertuju pada resiko gagal bayar utang Amerika Serikat. Negosiasi kenaikan pagu utang antara Partai Republik dan Demokrat AS masih buntu. 

Pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy pada Senin (22/5) malam berakhir tanpa kesepakatan. Diskusi yang dilanjutkan juru bicara McCarthy dengan Gedung Putih pada Selasa tetap berakhir buntu. 

Tanpa kenaikan pagu utang, AS bakal mengalami gagal bayar utang pada 1 Juni mendatang. Artinya, hanya tersisa tujuh hari lagi bagi parlemen AS membuat perubahan mendasar guna mencegah negara itu default. 


Namun, belum ada pertemuan tambahan yang direncanakan berikutnya untuk mencari titik temu. "Saat ini, kami tak menyiapkan pertemuan tambahan," kata Garret Graves dari Partai Republik yang juga salah satu negosiator utama McCharthy dikutip Bloomberg, Rabu (24/5).

Dia mengatakan, pertemuan dengan Gedung Putih berakhir buntu karena Partai Republik ingin melihat beberapa pergerakan atau perubahan mendasar dalam apa yang dilakukan pemerintah.

Kebuntuan membebani pergerakan saham Asia pada Rabu. Sementara ekuita jangka panjang AS bergerak datar setelah S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing terkoreski lebih dari 1% pada Selasa.  

Anggota parlemen akan libur kerja pada Kamis karena bertepatan dengan Hari Memorial atau Hari Pahlawan dan baru bisa bekerja pada Senin depan untuk mencari kesepakatan sebelum 1 Juni. 

Graves mengakui ada kemajuan substansial dari pertemuan yang sudah dilakukan. Tetapi ketidaksepakatan mendasar tetap ada pada pengeluaran dan persyaratan kerja. 

Hakeem Jeffries, Demokrat teratas di DPR, mengatakan bahwa pembekuan pada tingkat pengeluaran 2023 akan menjadi kompromi yang masuk akal. Namun, ia menentang persyaratan kerja. Menurutnya, kesepakatan apa pun yang membutuhkan suara Demokrat harus mencerminkan prioritas Demokrat.

Graves bilang, negosiator Partai Republik terbuka untuk pertemuan tambahan dengan tim Gedung Putih. "Kami tidak akan kemana-mana," katanya.

Kebuntuan saat ini atas plafon utang berpotensi menambah tekanan pada ekonomi AS, yang sudah rentan terhadap resesi setelah serangkaian kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve, menurut Bloomberg Economics.

Tetapi beberapa anggota DPR yang konservatif mengatakan bahwa mereka ragu bahwa kenaikan pagu diperlukan. Perwakilan Chip Roy dari Texas bahkan menyebutnya sebagai krisis buatan untuk memaksa Partai Republik mundur dari beberapa tuntutan.

Editor: Dina Hutauruk