JAKARTA. Aksi jual investor terhadap Surat Utang Negara (SUN) terus berlanjut. Kondisi ini terlihat dari harga SUN yang terus menurun serta kenaikan yield yang signifikan sampai penutupan perdagangan kemarin (27/2).Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, Selasa (28/2) menuturkan bahwa sampai kemarin, secara rata-rata , yield seluruh SUN mengalami kenaikan. "Kenaikan yield tertinggi dialami untuk SUN bertenor panjang," katanya. Asal tahu saja, harga seri FR0062 sudah turun lagi 300 bps dalam sehari menjadi 96,5 dari 99,5. Sementara Indeks Dealer Market Association juga terkoreksi menjadi 112, 2 dari 113,84 atau turun 64 bps pada periode yang sama.Reza menjelaskan, per 27 Februari, rata-rata yield SUN jangka panjang naik 16,79 basis poin (bps), sementara di urutan kedua ada SUN bertenor pendek yang yieldnya rata-rata naik 14,10 bps dan di posisi terakhir ada SUN jangka menengah yang yieldnya, rata-rata naik 10,86 bps. "Sedangkan di sisi lain, pada periode yang sama US Treasury bertenor 10 tahun mengalami penurunan yield sebanyak 6 bps," tambah Reza.Analis Obligasi Mega Capital Indonesia, Ariawan, Selasa (28/2) menilai, aksi jual pada SUN tenor panjang menandakan investor masih menghindari resiko lebih besar lagi ke depannya.Menurut Ariawan, resiko domestik yang saat ini dihindari investor adalah kemungkinan kenaikan inflasi pasca kenaikan harga BBM subsidi yang serta merta akan berimbas pada kenaikan harga non BBM.Kejatuhan pasar obligasi domestik, dipandang Ariawan masih di batas kewajaran. "Untuk pasar obligasi, Bank Indonesia (BI) masih mengawasi pergerakan harga dan selalu siaga untuk stabilisasi harga," tutur Ariawan.Hal ini terlihat dari kepemilikan BI yang terus naik sampai per 24 Februari menjadi Rp 10 triliun-an. "Selain itu juga, pemerintah turun ke pasar dengan melakukan buy back (pembelian obligasi) pada Jumat (24/2) dan Senin (27/2)," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ancaman inflasi sebabkan harga SUN terkoreksi
JAKARTA. Aksi jual investor terhadap Surat Utang Negara (SUN) terus berlanjut. Kondisi ini terlihat dari harga SUN yang terus menurun serta kenaikan yield yang signifikan sampai penutupan perdagangan kemarin (27/2).Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, Selasa (28/2) menuturkan bahwa sampai kemarin, secara rata-rata , yield seluruh SUN mengalami kenaikan. "Kenaikan yield tertinggi dialami untuk SUN bertenor panjang," katanya. Asal tahu saja, harga seri FR0062 sudah turun lagi 300 bps dalam sehari menjadi 96,5 dari 99,5. Sementara Indeks Dealer Market Association juga terkoreksi menjadi 112, 2 dari 113,84 atau turun 64 bps pada periode yang sama.Reza menjelaskan, per 27 Februari, rata-rata yield SUN jangka panjang naik 16,79 basis poin (bps), sementara di urutan kedua ada SUN bertenor pendek yang yieldnya rata-rata naik 14,10 bps dan di posisi terakhir ada SUN jangka menengah yang yieldnya, rata-rata naik 10,86 bps. "Sedangkan di sisi lain, pada periode yang sama US Treasury bertenor 10 tahun mengalami penurunan yield sebanyak 6 bps," tambah Reza.Analis Obligasi Mega Capital Indonesia, Ariawan, Selasa (28/2) menilai, aksi jual pada SUN tenor panjang menandakan investor masih menghindari resiko lebih besar lagi ke depannya.Menurut Ariawan, resiko domestik yang saat ini dihindari investor adalah kemungkinan kenaikan inflasi pasca kenaikan harga BBM subsidi yang serta merta akan berimbas pada kenaikan harga non BBM.Kejatuhan pasar obligasi domestik, dipandang Ariawan masih di batas kewajaran. "Untuk pasar obligasi, Bank Indonesia (BI) masih mengawasi pergerakan harga dan selalu siaga untuk stabilisasi harga," tutur Ariawan.Hal ini terlihat dari kepemilikan BI yang terus naik sampai per 24 Februari menjadi Rp 10 triliun-an. "Selain itu juga, pemerintah turun ke pasar dengan melakukan buy back (pembelian obligasi) pada Jumat (24/2) dan Senin (27/2)," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News