JAKARTA. Potensi inflasi tinggi tahun ini terus mengintai. Selain dari gejolak harga pangan, kenaikan harga minyak mentah dunia, pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, serta pencabutan batas atas (capping) tarif listrik industri berperan besar menambah kenaikan harga antara 0,8%-1,32% dari asumsi inflasi sekarang. Kemarin, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengungkapkan hasil simulasi potensi tambahan inflasi tahun ini sebagai efek tiga faktor di atas. Sebagai contoh, jika harga minyak dunia naik 10% maka ada tambahan inflasi sekitar 0,08%. Bila harga minyak internasional melejit 20%, tambahan terhadap inflasi 0,15%. Pembatasan BBM bersubsidi berefek besar ke inflasi. Hitungan pemerintah, program ini menambah inflasi 0,5%-0,87%. "Asumsinya 50% kendaraan beralih ke BBM non-subsidi," kata Bambang Brodjonegoro, Kepala BKF, kemarin.
Ancaman inflasi tinggi di depan mata
JAKARTA. Potensi inflasi tinggi tahun ini terus mengintai. Selain dari gejolak harga pangan, kenaikan harga minyak mentah dunia, pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, serta pencabutan batas atas (capping) tarif listrik industri berperan besar menambah kenaikan harga antara 0,8%-1,32% dari asumsi inflasi sekarang. Kemarin, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengungkapkan hasil simulasi potensi tambahan inflasi tahun ini sebagai efek tiga faktor di atas. Sebagai contoh, jika harga minyak dunia naik 10% maka ada tambahan inflasi sekitar 0,08%. Bila harga minyak internasional melejit 20%, tambahan terhadap inflasi 0,15%. Pembatasan BBM bersubsidi berefek besar ke inflasi. Hitungan pemerintah, program ini menambah inflasi 0,5%-0,87%. "Asumsinya 50% kendaraan beralih ke BBM non-subsidi," kata Bambang Brodjonegoro, Kepala BKF, kemarin.