Ancaman La Nina kerek harga CPO



JAKARTA. Laju harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih ditopang derasnya permintaan. Namun ketidakstabilan kondisi global menjadi tantangan bagi harganya. Mengutip Bloomberg, Rabu (24/8), kontrak harga CPO pengiriman November 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat 1,3% ke RM 2.612 per metrik ton.

Sepekan terakhir, harga tergerus 1,1%. Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, pergerakan CPO cukup volatil. Mengingat ekspor Malaysia periode 1 Agustus sampai 20 Agustus naik 27,4% menjadi 1,045 juta ton dibandingkan periode sama bulan sebelumnya.

Ekspor ke India mengalami kenaikan tertinggi, yakni 80,3% menjadi sekitar 259.290 ton. "Ketatnya angka suplai akibat dampak cuaca kering Badai El Nino juga turut membantu mengangkat harga," paparnya.


Namun, CPO juga sempat tertekan, terseret penurunan harga minyak mentah. Tingginya angka produksi juga masih membayangi pergerakan harga. Tapi secara keseluruhan, kenaikan ekspor yang cukup konsisten menjaga penguatan harga CPO.

Produksi masih berpeluang tertekan lantaran efek lanjutan dari Badai El Nino. Badai yang membawa cuaca kering di kawasan Asia Tenggara ini berpotensi menurunkan hasil kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia dan menurunkan pasokan CPO global menjadi 2 juta ton tahun ini.

Data resmi awal bulan ini menunjukkan, produksi Malaysia turun 12,7% pada bulan Juli. Selama harga CPO masih bertahan di atas RM 2.400 per metrik ton, Wahyu melihat, harga berpeluang menguji level RM 3.000 di akhir tahun 2016 dan melaju ke level RM 3.540 tahun depan.

Sebaliknya, jika harga tergerus ke bawah RM 2.400, potensi koreksi semakin besar. Ancaman La Nina Selain El Nino, suplay CPO di kuartal IV-2016 juga terancam akibat La Nina.

Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan, beberapa wilayah penghasil CPO sedang mengalami cuaca buruk di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, hujan besar dan badai bakal terjadi di Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara pada hari Rabu (24/8) hingga Jumat (26/8).

Hal serupa pun terjadi di Malaysia. Faktor cuaca ini menyebabkan ketersediaan CPO berkurang. Kamis (25/8) hingga sepekan ke depan, Yulia melihat, CPO berpotensi menguat. Menurutnya, selama permintaan masih naik, harga CPO akan terus stabil.

Bahkan, hingga akhir tahun CPO bisa terus melanjutkan penguatan. "Jika terus melanjutkan tren positif, CPO dapat mencapai RM 2.700 per metrik ton pada akhir tahun," terangnya.

Secara teknikal, Yulia menganalisis CPO bergerak di atas MA50, MA100, dan MA200 menunjukkan potensi bullish dalam jangka menengah. Sedangkan indikator MACD berada di area positif, mendukung penguatan. RSI dan stochastic berada naik di level 62 dan 79.

Indikator RSI dan stochastic berada dekat dengan jenuh beli (overbought), tapi tetap memiliki potensi naik. Yulia memprediksikan, harga CPO Kamis (25/8) berada di level RM 2.620 sampai dengan RM 2.680 per metrik ton. Sementara, Wahyu meramal, CPO bergerak di rentang RM 2.400-RM 2.800 per metrik ton dalam sepekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie