KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Segala sesuatu yang terjadi di Korea Utara kerap menjadi sorotan dunia. Kali ini, dunia internasional tengah menyoroti mengenai masalah peretasan besar yang marak terjadi di dunia. Dugaan siapa pihak di balik peretasan menuju ke arah negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un tersebut. Berdasarkan laporan terbaru, para peretas Korut saat ini tengah menargetkan perusahaan internasional besar. Dalam laporan yang dirilis oleh perusahaan riset Cybersecurity FireEye menunjukkan, kelompok peretas yang dijuluki Reaper, meningkatkan upayanya untuk memata-matai konglomerat tajir Korea Selatan tahun lalu.
"Kami berbicara perusahaan multinasional, mereka memiliki kantor di seluruh dunia. Perusahaan seperti itu, efeknya bisa bergema, karena sudah global," kata John Hultquist, director of intelligence analysis FireEye. Sebagian besar serangan cyber global yang sebelumnya terkait dengan Korut berhubungan dengan kelompok yang dikenal sebagai Lazarus. FireEye mengatakan, Reaper sekarang merupakan ancaman lain yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan perusahaan. "Kami memprediksi bakal ada kegiatan yang sangat agresif dalam waktu dekat," kata Hultquist. Dia menolak menyebutkan nama perusahaan yang menjadi target para peretas tersebut. Namun, dia memberikan petunjuk bahwa mereka adalah perusahaan Fortune Global 500 yang merupakan "permata mahkota" dari ekonomi Korsel. Samsung Electronics, Hyundai dan LG Electronics, semuanya sesuai dengan deskripsi tersebut. Seorang juru bicara LG mengatakan, dia tidak mengetahui adanya serangan cyber oleh Korut terhadap perusahaan tersebut. Samsung dan Hyundai tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan
CNN. Para peretas yang terkait dengan Korut sebelumnya telah dikaitkan dengan serangan
ransomware global besar tahun lalu, meretas sistem bank-bank di seluruh dunia pada 2016, dan peretasan Sony Pictures pada tahun 2014. FireEye mengatakan Reaper telah aktif sejak 2012. Kelompok ini tidak terlalu menarik perhatian karena mereka mengintai sektor pemerintahan, militer, pertahanan dan media Korsel secara diam-diam. Namun tahun lalu, para peretas menjadi lebih ambisius, dengan menargetkan konglomerat besar Korsel yang bergerak pada industri seperti aerospace, elektronik, otomotif dan manufaktur. Menurut Hultquist, sejauh ini, usaha mereka lebih berbentuk "spionase klasik" dengan berfokus pada pengumpulan intelijen rahasia. Tapi dia memperingatkan, kelompok ini mampu menimbulkan kerusakan serius. "Jika Anda menargetkan perekonomian Korsel, itu bisa sangat mudah, semudah serangan
ransomware pada serangkaian perusahaan besar," katanya. Rezim Kim Jong Un telah berulang kali membantah keterlibatan mereka dalam serangan
cyber internasional. Tapi FireEye mengatakan, pihaknya sangat yakin bahwa Reaper bertindak atas nama pemerintah Korut.
"Mereka telah menunjukkan sikap abai terhadap norma dan garis merah, dan lagi-lagi mengabaikan batas-batas perilaku yang dapat diterima untuk sebuah negara," kata Hultquist. Reaper sudah berkembang di luar Korsel dengan mengejar target di Timur Tengah, Jepang dan Vietnam. Menurut FireEye, sebuah perusahaan telekomunikasi Timur Tengah menjadi target pada tahun lalu setelah kesepakatan bisnis di Korut tidak berakhir baik. Ini mungkin merupakan upaya pemerintah Korut untuk mengumpulkan informasi tentang mantan mitra bisnis," kata laporan tersebut. Target lainnya termasuk direktur perusahaan perdagangan dan transportasi Vietnam, dan masyarakat di Jepang yang bekerja sama dengan organisasi yang terkait dengan Olimpiade.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie