Ancaman tarif China ke produk AS bisa berdampak ke harga CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menyangkut pemberlakuan tarif impor diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Apalagi China kini berbalik mengancam akan memberlakukan tarif impor dengan nilai total US$ 3 miliar untuk produk AS. Hal itu bisa mengancam ekspor kedelai dari negeri Paman Sam.

“Selama ini saingan CPO itu kan minyak kedelai dan China merupakan importir tebesar,” papar Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id.

Jika China juga menerapkan tarif impor untuk minyak kedelai asal AS, maka pintu CPO untuk menguasai pasar negeri Tirai Bambu akan semakin lebar. Produsen tak perlu lagi mengkhawatirkan pasokan kedelai AS yang berlimpah akan membuat investor beralih ke produk yang lebih murah.


Dalam tiga tahun terakhir, lahan perkebunan kedelai di Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan peningkatan hingga mencapai 8 juta hektare. Sementara lahan perkebunan CPO hanya mencapai 6,5 hektare.

Namun meski berpeluang menjadi sentimen positif, tetapi Deddy tetap mengingatkan bisa saja ketika China juga menerapkan tarif impor serupa ke semua negara maka ini berbalik menjadi sentimen negatif bagi negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia. Biaya yang lebih tinggi akan menekan jumlah ekspor.

“Kita belum tahu kebijakan China seperti apa,” terangnya.

Sementara di lain pihak, analis PT Monex Investindo Futures Faisyal  cenderung melihat ancaman perang dagang tidak berpengaruh besar bagi pergerakan harga CPO. Menurutnya persoalan tarif impor itu jauh lebih berpengaruh terhadap baja, aluminium dan produk hasil kekayaan intelektual.

“Saya rasa pengaruhnya gak terlalu besar,” timpalnya.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg pada penutupan perdagangan Jumat (23/3) harga CPO kontrak pengiriman Juli 2018 tercatat melemah 0,9% ke level RM 2.428 per metrik ton. Namun kalau dibandingkan sepekan sebelumnya harganya masih menguat 0,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat