WASHINGTON. Ancaman terorisme kelompok garis keras Al Qaeda membayangi Eropa. Setidaknya ada tiga negara yang mengeluarkan peringatan bagi warna negara merekayang tengah melakukan perjalanan di Eropa, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang. Sejak Jumat (1/10) sore hingga Sabtu (2/10) pagi, Presiden AS Barack Obama mengadakan pertemuan dengan timnya untuk membicarakan ancaman terorisme ini. Berikutnya Kepala Staf Gedung Putih Pete Rouse mengadakan rapat dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, Penasihat Terorisme John Brennan dan para pemimpin lembaga keamanan, sebelum akhirnya mengeluarkan travel alert tersebut pada Minggu (3/10) sore. Rupanya, intelijen AS memperoleh informasi bahwa Al Qaeda maupun kelompok teroris lain akan melakukan serangan di area publik di beberapa kota besar di Inggris, Prancis, Jerman, dan AS. Infrastruktur transportasi, seperti jalur kereta api dan subway diperkirakan menjadi salah satu sasaran mereka.
"Sejak kami menyadari rencana penyerangan tersebut, Presiden menegaskan agar kami melakukan apapun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan melindungi warga negara AS," kata Nicholas Shapiro, Asisten Sekretaris Media Gedung Putih. Menurutnya, peringatan yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan AS itu merupakan respons terhadap arahan Obama. Inggris dan Jepang ikut dag dig dug Menyusul peringatan AS ini, Inggris pun mengeluarkan peringatan bagi warga negaranya yang tengah melancong ke Prancis dan Jerman. Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May mengatakan, Pemerintah Inggris sependapat dengan AS. Negeri Ratu Elizabeth ini pun meningkatkan level peringatan bagi warganya dari "waspada" menjadi "awas". Setali tiga uang, Senin (4/10), Kementerian Luar Negeri Jepang memberikan peringatan kepada warga negara Jepang untuk ekstra hati-hati ketika menggunakan sarana transportasi publik maupun ketika berkunjung ke objek wisata yang populer di Eropa. Menurut pemerintah AS, Inggris, dan Jepang, ada kemungkinan kelompok teroris mengincar lokasi yang ramai dikunjungi turis. Ketiga negara tersebut khawatir, ancaman terorisme ini berpotensi menimbulkan banyak korban. Seperti serangan kelompok Islam garis keras yang terjadi di Mumbai, India ahun 2008 silam. Setidaknya 500 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Pemerintah negara-negara Eropa pun merespons travel alert ini dengan memperketat keamanan. Senin (4/10), aparat keamanan menangkap seorang pria berumur 50-an tahun yang dicurigai menebar sejumlah ancaman bom di Paris, Prancis. Salah satu ancaman bom yang disampaikan melalui telepon tersebut menyebutkan ada bom di Stasiun Keretaapi Saint Lazare. Otoritas Prancis mencatat, setidaknya ada sembilan ancaman bom di Paris, September lalu. Termasuk, ancaman bom terhadap Menara Eiffel. Jumlah ancaman bom ini naik tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Meski begitu, polisi tidak menemukan bahan peledak di lokasi ancaman bom tersebut. Jerman juga meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme. Namun, pemerintah belum melihat indikasi serius yang menunjukkan ancaman ini. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman mengaku, Jerman bekerjasama dengan negara-negara sekutu untuk menghadapi hal ini. Dari pasukan jadi teroris Nama kelompok militan Al-Qaeda atau Al-Qaida menjadi pembicaraan hangat pascatragedi 11 September 2001. Serangan terhadap menara kembar World Trade Center (WTC) di pusat bisnis New York, Amerika Serikat (AS) disebut-sebut sebagai serangan teroris yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Al-Qaeda dibentuk oleh Bin Laden, Zawahiri, dan Dr. Fadl di Peshawar, Pakistan pada tahun 1988. Kelompok ini menyatukan bangsawan Arab Saudi, milisi Mesir, dan pejuang jihad intelektual dari Kairo, Mesir.