Ancaman Trump bikin emas dan yen melompat



KONTAN.CO.ID - Aset-aset yang termasuk safe haven, seperti yen Jepang dan emas, melompat pada hari ini, Rabu (23/8). Kondisi ini dipicu oleh ancaman Presiden AS Donald Trump yang mengancam penutupan pemerintahan jika Kongres tidak menyetujui anggaran untuk pembangunan dinding perbatasan.

Data yang dihimpun CNBC menunjukkan,  dollar berada di level 109,34 yen dari posisi sebelumnya 109,82 sebelum Trump merilis pernyataan. Pada 11.40 waktu Hong Kong, dollar/yen berada di posisi 109,39.

Sedangkan harga emas di pasar spot mendaki ke posisi US$ 1.286,72 per troy ounce setelah sebelumnya menyentuh posisi US$ 1.282,94 per troy ounce. Pada pukul 11.32 waktu Hong Kong, harga emas di level US$ 1.286 per troy ounce.


Adapun indeks dollar, yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap keranjang mata uang dunia, tertekan dan jatuh ke posisi 93,468 dari level sebelumnya 93,619. Per pukul 11.39 waktu Hong Kong, indeks dollar bertengger di level 93,505.

Informasi saja, jika Kongres AS tidak mencapai kata sepakat terkait pendanaan pembangunan dinding hingga 30 September, pemerintahan akan ditutup. Anggota Kongres Demokrat secara eksplisit mengatakan mereka tidak akan mendukung kesepakatan yang meliputi uang untuk pembangunan dinding.

Mungkinkah pemerintah AS ditutup? Secara teori, Trump bisa melakukan veto atau memilih untuk tidak menandatangani kebijakan anggaran yang disetujui Kongres jika anggaran itu tidak memasukkan pendanaan dinding perbatasan. Jika ini terjadi, penutupan pemerintahan bisa terjadi.

Saat kampanye calon presiden beberapa waktu lalu, presiden berjanji akan membangun dinding di sepanjang perbatasan AS dan Meksiko sebagai langkah untuk memutus jaringan imigran ilegal.

Waktu itu, Trump sesumbar pendanaan pembangunan dinding akan ditanggung oleh Meksiko. Namun, hal itu ditolak mentah-mentah oleh negara tetangganya itu.

Sementara, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengingatkan jika tidak ada aksi apapun yang diambil, maka AS akan mengalami gagal bayar (default) pada Oktober.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie