Andalkan klinik pintar, Medigo targetkan akan buka 1.000 klinik di wilayah Indonesia



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perkembangan teknologi menjadi hal yang tak bisa dihindari di industri termasuk industri kesehatan. Di luar majunya teknologi terdapat pula tantangan yang harus dihadapi di industri kesehatan khususnya oleh penyedia fasilitas kesehatan (faskes), terutama manajemen pengelolaan faskes.

Melihat hal tersebut Medigo sebagai start up kesehatan yang fokus pada digitalisasi rumah sakit dan klinik bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menghadirkan Klinik Pintar IDI.

Klinik Pintar IDI nantinya membina kerjasama joint operation dengan klinik konvensional dan diharapkan dapat menambah eksistensi revenue klinik dengan peningkatan kapasitas BPJS, meningkatkan pelayanan pasien umum, serta optimalisasi layanan klinik seperti vaksinasi imunisasi dan lainnya.


Baca Juga: GoJek akan tutup sejumlah layanan GoLife di akhir tahun ini

Lebih sederhananya layanan ini nantinya akan berfokus memberdayakan dokter dan kliniknya melalui transformasi digital.

Rencananya tahun depan akan mulai dibuka dua Klinik Pintar IDI di Bekasi sebagai langkah awal IDI dan Medigo meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta memberikan dampak positif industri kesehatan di Indonesia berbasis digital.

Sementara itu, lima tahun mendatang ditargetkan dibuka 1.000 jaringan Klinik Pintar IDI di  Indonesia.

Terdapat dua skema untuk bergabung menjadi Klinik Pintar IDI. Pertama ialah sistem joint operation dan kedua membangun Klinik Pintar IDI dari awal. Untuk join operational, Harya Bimo CEO Medigo menerangkan ada beberapa kriteria dari klinik yang bisa bergabung.

Pertama ialah klinik merupakan milik pribadi yang sudah berupa bangunan gedung, kedua sudah adanya kapitasi BPJS. Nantinya akan dilakukan renovasi pada klinik konvensional yang bergabung dengan Klinik Pintar IDI.

"Ada renovasi sesuai standar Klinik Pintar IDI, pemilik bisa kontak ke website Medigo, terus gunakan aplikasi Medigo minimum 2 bulan, jadi nanti terlihat seberapa operasional ini dan lihat seberapa siap gunakan klinik pintar. Nggak ada keluar biaya renovasi buat pemilik klinik," jelas Bimo.

Baca Juga: Gagal Mencapai Target, Baru Likupang yang ditetapkan Sebagai KEK

Nantinya dari kerjasama tersebut akan ada sistem bagi hasil selama beberapa tahun, sayangnya Bimo tidak dapat menyampaikan hitungan pembagian antara pihaknya dengan pemilik klinik. IDI sendiri berperan sebagai quality control standar dan jaminan mutu klinik, bahkan akan dibentuk tim untuk audit layanan dari Klinik Pintar.

"Pendanaan, pengelolaan, manajerial, marketing, teknologi, operasional itu Medigo, nah IDI bagian QC standar dan jaminan mutu klinik. Para tenaga kesehatan terutama dokter itu memang kurang dalam manajemen pengelolaan klinik misalnya, nah dengan digitalisasi ini diharapkan bisa permudah dokter kelola klinik," jelas dr. Daeng M Faqih Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Ketua Bidang Usaha dan Kesejahteraan Anggota PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Efmansyah Iken Lubis menambahkan perihal pendanaan klinik disebut semacam penyertaan modal dengan sistem bagi hasil. Pihaknya juga terbuka jika nantinya akan ada investor namun dengan catatan sejalan dengan visi misi Klinik Pintar IDI.

Melalui Klnik Pintar IDI, Medigo menawarkan solusi pengelolaan klinik modern yang mencakup solusi teknologi digitalisasi untuk proses bisnis dan pelayanan, solusi standarisasi SOP manajemen dan akreditasi, serta sebagai solusi finansial yakni permodalan.

Keunggulan klinik pintar diklaim Bimo ialah adanya aplikasi Pasien Pintar yang memungkinkan pasien untuk mengatur dan membuat janji temu dengan dokter, merekam riwayat medis pasien sehingga mudah dan efisien dalam proses rujukan, homecare, health monitoring, serta pengajuan obat atau layanan. Selain melalui aplikasi, pendaftaran pasien bisa juga melalui Digital Kiosk di Klinik Pintar IDI.

Baca Juga: Ada Tiga Bank Menggadang Rencana Melantai di Bursa Saham Tahun Depan

Adapula sistem e-farmasi dan e-lab untuk mendukung pemeriksaan tes darah dan stok hingga pengajuan obat yang dibutuhkan pasien. Lalu, telehealth atau telemedicine antar fasilitas kesehatan yang memungkinkan pasien Klinik Pintar melakukan konsultasi dengan dokter spesialis yang berpraktek di mitra rumah sakit Medigo.

Selain Klinik Pintar IDI, Medigo juga memiliki skema monetisasi dalam gunakan layanannya. Pertama ialah biaya transaksi per pasien mulai dari Rp 500 - Rp 8.000 per pasien. Dan tarif berlangganan per bulan mulai dari Rp 25 juta.

Medigo sendiri sudah ada sejak 2018 dan sudah ada 10 rumah sakit di Jabodetabek yang bekerjasama dengan Medigo. Rencananya di tahun depan ditargetkan ada 20 rumah sakit yang bergabung dengan Medigo.

Baca Juga: Lelang online sekaligus berdonasi melalui aplikasi Youb.id

"Kami lebih ke manajemen medis. Sampai sekarang pasien terbantu dengan Medigo sudah ada lebih dari 130.000 pasien, total interaksi sekitar 100.000 perbulan. Dengan adanya Klinik Pintar IDI tentu kami ingin lebih banyak lagi membantu pasien dan faskes," jelas Bimo kepada Kontan.co.id..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli