KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (
ARTO) mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang kurang memuaskan. Bank Jago (ARTO) membukukan laba bersih hanya sebesar Rp 16 miliar di tahun 2022 atau anjlok 82%
year on year (YoY) dari tahun 2021.
Net interest income (NII) atawa pendapatan bunga bersih memang terpantau melesat 130% YoY, tetapi masih sedikit rendah dari perkiraan karena tekanan yang berasal dari
operational expenditure (opex) dan provisi kerugian pinjaman. Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan memaparkan, opex meningkat karena terkait biaya satu kali. Sementara, beban provisi yang lebih tinggi dari perkiraan, sebagian besar terkait dengan asumsi ekonomi makro yaitu kenaikan tingkat bunga Bank Indonesia (BI), inflasi, dan nilai tukar.
Emiten bank digital ini membukukan rugi bersih sebesar Rp 25 miliar pada kuartal terakhir tahun lalu, mengakhiri tren raihan
bottom line yang positif dalam lima kuartal sebelumnya. Utamanya, laba bersih tergerus disebabkan oleh penambahan biaya provisi dan biaya pegawai yang bersifat satu kali.
Baca Juga: Kredit Masih Bertumbuh, Simak Rekomendasi Saham Bank Jago (ARTO) Berikut Ini Erni menilai bahwa kinerja ARTO menunggu kontribusi dari pinjaman langsung, didorong oleh kemitraan yang dibangun. Sedangkan pertumbuhan pinjaman Syariah masih kurang memuaskan. Dengan saldo pinjaman dari PT BFI Finance Tbk (
BFIN) dan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) masih kecil pada kuartal keempat 2022, maka volume pinjaman diharapkan lebih banyak pada tahun 2023. Dari sisi pendanaan, Bank Jago berhasil menghimpun DPK sebanyak Rp 8,27 triliun per akhir 2022. Jumlah ini meningkat 125% dari tahun sebelumnya Rp 3,68 triliun. Jumlah nasabah yang sudah melewati proses
know your customer (KYC) Bank Jago telah mencapai 6,9 juta pada Desember 2022. Erni melihat pencapaian ini utamanya karena kontribusi GOTO. ARTO juga baru saja meluncurkan penyatuan pelanggan (KYC) bersama Gopay. Hal ini turut dibarengi dengan penyederhanaan biaya per akuisisi (CPA) sebesar 35% YoY pada tahun 2022. “Secara keseluruhan, ARTO masih melihat pertumbuhan yang substansial dalam beberapa tahun ke depan,” ungkap Erni dalam riset tanggal 20 Maret 2023.
Baca Juga: Belum Ada Bank Digital yang Ideal, Semua Harus Benahi Kinerja dan Rangkul Ekosistem Erni mengungkapkan, manajemen ARTO masih mempertahankan pertumbuhan kreditnya dengan target minimal 50% YoY di tahun 2022, sembari mengincar untuk melipatgandakan asetnya pada tahun berikutnya atau sekitar 3-4 tahun mendatang. Selain itu, hasil pinjaman terlacak lebih rendah karena porsi pinjaman tanpa jaminan terpantau menurun. NIM yang lebih baik di kuartal empat 2022 didorong oleh kontribusi pinjaman yang lebih besar dan imbal hasil SUN yang lebih baik daripada hasil pinjaman. Sedangkan, imbal hasil pinjaman terus menurun. Hal tersebut karena portofolio ARTO berubah ke arah pinjaman yang lebih terjamin, misalnya UMKM, ataupun beberapa pinjaman kemitraan termasuk dari BFIN. Sedangkan porsi pinjaman yang tidak begitu menjamin telah menurun yang kebanyakan berasal dari syariah kini menyumbang 23% dari pinjaman sampai kuartal empat 2022, dibandingkan 39% di kuartal pertama 2022. “Kami tidak terlalu khawatir tentang hal ini karena melihat pinjaman langsung yang seharusnya berkontribusi pada hasil yang relatif lebih baik bisa mulai terwujud pada 2023,” imbuh Erni.
Baca Juga: Selektif Memilih Saham Bank Digital Kualitas aset Bank Jago menunjukkan perbaikan dengan
non performing loan (NPL) turun menjadi 1,8% di kuartal keempat 2022 dari 2,1% di kuartal sebelumnya. NPL konvensional turun menjadi 1,2% dari puncak 1,9% pada kuartal pertama 2022. Sedangkan NPL Syariah (ultramikro) turun menjadi 4,0% dari puncak 5,0% di kuartal I-2022. Manajemen ARTO memperkirakan NPL akan berkisar di level 2%. Untuk tahun 2023, manajemen memandu secara konservatif level
cost of credit (CoC) sekitar 5% dibanding 5,3% di tahun 2022 karena ARTO masih mengincar tingkat cakupan NPL besar dari 200% dibandingkan 158% pada kuartal terakhir tahun 2022. Erni mempertahankan rekomendasi
buy pada saham ARTO dengan target harga di Rp 5.100 per saham. Harga saham ARTO masih berada di bawah tekanan karena kenaikan suku bunga mengguncang saham sektor teknologi. Selasa (11/4), harga saham ARTO menguat 4,91% ke Rp 2.350 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati