Andalkan pendapatan berulang, Greenwood Sejahtera bidik laba bersih Rp 200 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) tidak akan banyak melakukan ekspansi bisnis tahun ini. Sama seperti tahun lalu, perusahaan ini memilih untuk fokus menyelesaikan pembangunan menara perkantoran kedua di Superblok TCC Batavia Jakarta dan Capital Square Surabaya.

Dengan tidak adanya peluncuran proyek baru, perusahaan akan lebih banyak mengandalkan pendapatan berulang atau recurring income dari anak-anak usaha perseroan. Untuk pendapatan langsung, GWSA hanya akan mengandalkan dari Capital Square dan TCC Batavia.

Selain itu, strategi perusahaan untuk bisa membukukan kinerja lebih baik adalah dengan melakukan efisiensi biaya dengan tetap menjaga kualitas bangunan. "Kami akan melakukan efisiensi dari sisi iklan dan kegiatan-kegiatan perusahaan akan dikurangi," Kata Bambang Dwi Yanto, Direktur GWSA di Jakarta, Jumat (18/5).


Tahun ini, GWSA menargetkan penjualan sekitar Rp 100 miliar. Sedangkan laba bersih ditargetkan sekitar Rp 200 miliar yang sebagian besar akan ditopang dari bagian laba yang akan diperoleh dari anak usahanya lewat bisnis hotel dan mall.

Anak-anak usaha yang menyumbang pendapatan berulang bagi GWSA diantaranya adalah Holiday Inn Express Emporium Pluit (PT Sentra Graha Kencana) dengan kepemilikan 70,75%, Senayan City (PT Manggala Gelora Perkasa) dengan kepemilikan 27,4%, Lindeteves Trade Center (PT citra Gemilang Nusantara) dengan kepemilikan 23%.

Lalu Emporium Pluit (PT Pluit Propertind) dengan porsi saham 47,17%, Kuningan City (PT Arah Sejahtera Abadi) dengan kepemilikan 40%, Festival Citilink ( PT Briliant Sakti Persada) dengan saham 30% dan Apartemen The Peak Jakarta (PT Prakarsa Nusa Cemerlang) dengan porsi kepemilikan 55%.

TCC Batavia Jakarta memiliki lahan seluas 5,3 hektare (ha). Proyek yang berlokasi di Karet Tengsin ini akan dibangun menjadi kawasan superblok dalam tiga tahap. Pada fase pertama akan dibangun dua menara perkantoran di lahan 2,1 ha. Satu menara sudah beroperasi saat ini dan satu lagi dengan dalam tahap pembangunan.

Bambang mengatakan progres pembangunan menara kedua tersebut sedang dalam mengurus perizinan untuk pembangunan struktur. Sedangkan pembangunan pondasi sudah selesai dilakukan. Pembangunannya ditargetkan akan rampung pada 2021 tetapi akan sangat tergantung pada perizinan konstruksi struktur.

Jika menara pertama dibangun secara strata title alias dijual putus, maka menara kedua TCC Batavia hanya akan dijual separuh dan setengah lagi akan disewakan. "Tetapi kita belum mulai jual sebelum izin struktur dapat," ungkap Bambang.

Pembangunan pondasi perkantoran yang ditargetkan memiliki luas bangunan 57.459 meter persegi (m²) tersebut sudah dimulai sejak 2017 lalu. Proyek ini ditaksir akan menelan investasi Rp 1,1 triliun.

Adapun tahap kedua rencananya akan dibangun tiga tower apartemen di atas pusat perbelanjaan dan convention hall. Sedangkan tahap ketiga akan dibangun satu menara gedung serbaguna 72 lantai yang akan mencakup ruang kantor, hotel bintang lima dan apartemen.

Sementara untuk progres pembangunan Capital Square sudah mencapai 20% saat ini. Proyek ini merupakan kawasan superblok seluas 1,4 hektare yang terdiri dari perkantoran 28 lantai, loft setinggi 28 lantai, apartemen setinggi 38 lantai dan total 158 unit, serta kawasan komersil berupa pusat perbelanjaan.

Saat ini, GWSA masih memiliki landbank di dua lokasi yang belum ditetapkan kapan akan mulai dikembangkan. Pertama, perusahaan memiliki 6.028 m² di Jakarta Barat dekat dengan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Kedua, terdapat lahan seluas 3.578 m² di Surabaya barat.

Tahun ini, GWSA juga tidak memiliki rencana untuk ekspansi lahan. Namun, perusahaan tidak akan menutup diri jika akan pemilik lahan yang menawarkan lahan dengan harga menarik dan letaknya strategis. "Pada prinsipnya kami lebih menyukai tanah kecil tetapi lokasinya strategis di tengah kota karena orientasi kami adalah membangun gedung seperti mall, kantor dan apartemen," jelas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi