Andalkan sektor tambang dan small-caps, kinerja reksadana ini moncer di semester I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir paruh pertama tahun ini, kinerja indeks reksadana saham dalam negeri terus terbenam. Hal ini seiring dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih cenderung tertekan, salah satunya lantaran saham-saham di sektor perbankan mulai terkena imbas kenaikan suku bunga acuan.

Kala sebagian besar reksadana saham mengecap penurunan kinerja akibat terbeban saham sektor perbankan, sejumlah reksadana saham syariah justru moncer performanya. Reksadana Sucorinvest Sharia Equity Fund menjadi satu dari lima reksadana saham yang mencetak imbal hasil atau return tertinggi sepanjang semester-I 2018.

Bahkan, Selasa (7/8), reksadana besutan Sucorinvest Asset Management ini mencetak return sebesar 33,77% year-on-year (yoy). Di saat yang sama, rata-rata kinerja reksadana saham dalam Infovesta Equity Fund Index cuma mencetak return 4,31% yoy.


Jemmy Paul Wawointana, Plt CEO Sucorinvest Asset Management mengungkapkan, selama ini pengelolaan portofolio saham untuk reksadana Sucorinvest Sharia Equity Fund ini mengacu pada ISSI. Pilihan sahamnya variatif, namun didominasi oleh saham-saham big caps.

Namun, strategi tersebut berubah seiring dengan kondisi pasar yang bergejolak. "Tahun ini, kami overweight ke saham pertambangan dan small caps," ujar Jemmy pada Kontan.co.id, belum lama ini.

Penambahan bobot saham pertambangan dalam portofolio, tambah Jemmy, sejalan dengan tren harga komoditas yang tampak konsisten menanjak. Sementara, sejak awal tahun Sucorinvest juga cenderung menghindari saham big caps lantaran menurut Jemmy harganya sudah naik terlalu tinggi di tahun lalu.

Jemmy merinci, saat ini alokasi dana Sucorinvest Sharia Equity Fund pada ekuitas berdasarkan sektor terdiri dari 26% sektor tambang, 19% sektor barang konsumer, 16% sektor infrastruktur, 13% sektor barang dan jasa, dan sisanya terbagi ke dalam sektor lainnya.

Di sektor pertambangan, reksadana ini mengandalkan kinerja saham ANTM, ADRO, dan PTBA. "Ada juga saham HOKI, UNVR, dan untuk small-caps kami pilih KBLI dan MYOH," ungkap Jemmy.

Menurut Jemmy, selama ini Sucorinvest Sharia Equity Fund dikelola secara aktif dengan menggunakan gabungan metode top-down dan bottom-up dalam pemilihan sahamnya. 

Ditujukan bagi investor dengan profil risiko yang cukup agresif, reksadana ini dikelola berdasarkan siklus pasar untuk mencapai return yang maksimal.

"Seperti sekarang, kami menyesuaikan dengan alokasi cash yang lebih besar yaitu 10%. Biasanya, porsi cash di reksadana ini cuma 5% atau bahkan 2,5% saat market sedang bullish," kata Jemmy.

Hingga 24 Juli lalu, dana kelolaan reksadana ini tercatat Rp 210 miliar. Jemmy optimistis dana kelolaan bisa konsisten bertumbuh dan menyentuh Rp 300 miliar di penghujung tahun nanti.

Jemmy juga berharap, hingga akhir tahun Sucorinvest Sharia Equity Fund dapat mempertahankan imbal hasilnya yang tinggi. "Target kami return masih bisa ada di posisi 30%," jelasnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, sektor pertambangan, terutama batubara, memang menjadi sektor yang seksi saat ini untuk mendongkrak kinerja reksadana saham. "Juga, reksadana saham syariah selamat dari kejatuhan saham-saham perbankan," kata Wawan.

Selain itu, Wawan juga menilai, capaian return Sucorinvest Sharia Equity Fund merefleksikan kemampuan manajer investasi dalam hal stock-picking. Sebab, tak semua juga saham sektor pertambangan dan barang konsumer yang biasanya menjadi andalan reksadana syariah, mencatat kinerja bagus sampai sekarang.

Wawan juga masih optimistis, kinerja IHSG bisa membaik di kuartal IV nanti sehingga ia menargetkan kinerja rata-rata reksadana saham masih bisa berada di kisaran 8%-10%. Wawan memproyeksi kinerja rata-rata reksadana saham syariah bakal berkisar 5%-6%.

"Soalnya, sektor keuangan yang biasanya mengalami rebound kencang di akhir tahun yang mana reksadana syariah tidak bisa menikmatinya," tutup Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi