Andri Handoko tidak menyangka perubahan zaman telah membuat usahanya mendapat banyak tantangan. Selain perubahan model bangunan ke minimalis, persaingan antarpengusaha kaca hias membikin banyak pelaku usaha di sektor ini gulung tikar. Karena itu, dia mencoba bertahan dengan tidak hanya memproduksi kaca hias.Sembilan tahun sudah Andri Handoko berkecimpung dalam usaha pembuatan kaca hias (spained glass). Dalam perjalanan bisnis yang tidak pendek itu, pelbagai kendala datang.Andi bercerita, dulu waktu pertama kali merintis Bintang Fajar Mandiri, hambatan tenaga kerja menjadi masalah. Sekarang, kendalanya tambah banyak. Selain persaingan bisnis antarpelaku usaha yang kian ketat, banyak kendala eksternal yang membuat bisnis kaca hias megap-megap.Kendala-kendala itu antara lain, kenaikan harga bahan baku timah yang mencapai 500%, persaingan yang tidak sehat, dan perubahan model bangunan yang mengarah ke bentuk minimalis. "Akibat perubahan model ini, omzet turun 50%," ujarnya.Soal persaingan yang tidak sehat, lebih karena kekurangpahaman konsumen terhadap produk kaca hias. Ia mengatakan, banyak konsumen terpaku pada harga, padahal banyak hal yang mempengaruhi harga kaca hias.Ditambah, tidak ada standar kaca hias yang membuat harga produk ini di tangan pengusaha satu dengan lainnya bisa memiliki selisih hingga ratusan persen. "Konsumen memesan tapi tidak tau bahan dan desainnya, sehingga bisa saja dapat harga tinggi atau sangat murah," kata Andri.Kaca hias, menurutnya, adalah pekerjaan tangan yang membutuhkan keahlian dan jiwa seni yang tinggi. Berbeda dengan produk massal yang berharga murah. Semakin rumit desain dan seninya, semakin mahal pula harga yang ditawarkan.Persaingan usaha kaca hias membikin pengusaha seperti Andri yang mengutamakan kualitas, tidak bisa mempertahankan harga produk. Mereka kalah bersaing dengan pengusaha yang mendahulukan harga murah dengan bahan seadanya.Andri membanderol kaca hias buatannya dengan harga Rp 1,25 juta hingga Rp 3,5 juta per meter persegi (m2). Sedangkan, untuk grafir, harganya Rp 550.000 tiap m2 dengan ketebalan 5 mm. "Penambahan ketebalan akan menambah harga Rp 100.000," ujar dia.Persaingan tidak sehat ini, Andri bilang, semakin memperburuk penurunan omzet pengusaha kaca hias. Akibatnya, tak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar. Ia menghitung, dulu pada 1999 ada sekitar lima sampai 10 pemain di Malang. Jumlah itu kemudian berkembang menjadi sekitar 60 perajin. "Dulu sampai sempat ada Asosiasi Pengrajin Kaca Malang Raya," ujarnya.Seiring berjalannya waktu, 60 pemain itu kini tinggal kurang lebih 20 pengusaha saja. "Yang gulung tikar terutama yang kurang profesional," katanya.Dari ke-20 pengusaha ini, saat ini, banyak juga yang tidak berproduksi terus menerus. Mereka berproduksi jika mendapat pesanan, sehingga lebih sebagai pekerjaan sampingan.Untuk mensiasati penurunan omzet, Andri kemudian membuat divisi kaca template atau safety glass termasuk jasa pemasangan kaca. Selain itu, ia juga menyesuaikan desain kaca sehingga lebih cocok dipasang untuk rumah-rumah tipe minimalis.Andri juga banyak menerima pesanan kaca hias untuk rumah ibadah, baik masjid, gereja, vihara, dan pura. Bahkan, "Untuk rumah ibadah kami memberikan harga khusus," ujarnya.Tak salah, omzet Bintang Fajar Mandiri saat hari raya keagamaan, semacam Idul Fitri dan Natal, bisa meningkat sampai 100% dibandingkan bulan-bulan biasa.Andri juga mulai mencari celah baru dengan menjadi subkontraktor perusahaan besar dalam penyediaan kaca hias. Untuk jasa pemasangan kaca hias, dia memasang tarif Rp 75.000 per m2. "Bisa lebih tinggi tergantung tingkat kesulitan," ujarnya. Sementara itu, untuk bisnis kaca template, Andri mematok harga Rp 650.000 per m2 dengan ketebalan 12 mm.Tapi, tak mudah menjadi subkontraktor lantaran harus punya hubungan yang sangat baik dengan kontraktor utama. "Jadi, kami harus lewat kontraktor utama. Itu saja lebih banyak dikuasai oleh perusahaan nasional untuk nilai kontrak di atas Rp 300 juta," ungkapnya.Namun, pasar kaca hias Andri tak hanya Malang, Blitar, dan Tulungagung saja. Produknya juga banyak diekspor, seperti ke Jepang dan Amerika Serikat.(Selesai) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Andri Handoko: Usahanya tergencet perubahan model minimalis (2)
Andri Handoko tidak menyangka perubahan zaman telah membuat usahanya mendapat banyak tantangan. Selain perubahan model bangunan ke minimalis, persaingan antarpengusaha kaca hias membikin banyak pelaku usaha di sektor ini gulung tikar. Karena itu, dia mencoba bertahan dengan tidak hanya memproduksi kaca hias.Sembilan tahun sudah Andri Handoko berkecimpung dalam usaha pembuatan kaca hias (spained glass). Dalam perjalanan bisnis yang tidak pendek itu, pelbagai kendala datang.Andi bercerita, dulu waktu pertama kali merintis Bintang Fajar Mandiri, hambatan tenaga kerja menjadi masalah. Sekarang, kendalanya tambah banyak. Selain persaingan bisnis antarpelaku usaha yang kian ketat, banyak kendala eksternal yang membuat bisnis kaca hias megap-megap.Kendala-kendala itu antara lain, kenaikan harga bahan baku timah yang mencapai 500%, persaingan yang tidak sehat, dan perubahan model bangunan yang mengarah ke bentuk minimalis. "Akibat perubahan model ini, omzet turun 50%," ujarnya.Soal persaingan yang tidak sehat, lebih karena kekurangpahaman konsumen terhadap produk kaca hias. Ia mengatakan, banyak konsumen terpaku pada harga, padahal banyak hal yang mempengaruhi harga kaca hias.Ditambah, tidak ada standar kaca hias yang membuat harga produk ini di tangan pengusaha satu dengan lainnya bisa memiliki selisih hingga ratusan persen. "Konsumen memesan tapi tidak tau bahan dan desainnya, sehingga bisa saja dapat harga tinggi atau sangat murah," kata Andri.Kaca hias, menurutnya, adalah pekerjaan tangan yang membutuhkan keahlian dan jiwa seni yang tinggi. Berbeda dengan produk massal yang berharga murah. Semakin rumit desain dan seninya, semakin mahal pula harga yang ditawarkan.Persaingan usaha kaca hias membikin pengusaha seperti Andri yang mengutamakan kualitas, tidak bisa mempertahankan harga produk. Mereka kalah bersaing dengan pengusaha yang mendahulukan harga murah dengan bahan seadanya.Andri membanderol kaca hias buatannya dengan harga Rp 1,25 juta hingga Rp 3,5 juta per meter persegi (m2). Sedangkan, untuk grafir, harganya Rp 550.000 tiap m2 dengan ketebalan 5 mm. "Penambahan ketebalan akan menambah harga Rp 100.000," ujar dia.Persaingan tidak sehat ini, Andri bilang, semakin memperburuk penurunan omzet pengusaha kaca hias. Akibatnya, tak sedikit pelaku usaha yang gulung tikar. Ia menghitung, dulu pada 1999 ada sekitar lima sampai 10 pemain di Malang. Jumlah itu kemudian berkembang menjadi sekitar 60 perajin. "Dulu sampai sempat ada Asosiasi Pengrajin Kaca Malang Raya," ujarnya.Seiring berjalannya waktu, 60 pemain itu kini tinggal kurang lebih 20 pengusaha saja. "Yang gulung tikar terutama yang kurang profesional," katanya.Dari ke-20 pengusaha ini, saat ini, banyak juga yang tidak berproduksi terus menerus. Mereka berproduksi jika mendapat pesanan, sehingga lebih sebagai pekerjaan sampingan.Untuk mensiasati penurunan omzet, Andri kemudian membuat divisi kaca template atau safety glass termasuk jasa pemasangan kaca. Selain itu, ia juga menyesuaikan desain kaca sehingga lebih cocok dipasang untuk rumah-rumah tipe minimalis.Andri juga banyak menerima pesanan kaca hias untuk rumah ibadah, baik masjid, gereja, vihara, dan pura. Bahkan, "Untuk rumah ibadah kami memberikan harga khusus," ujarnya.Tak salah, omzet Bintang Fajar Mandiri saat hari raya keagamaan, semacam Idul Fitri dan Natal, bisa meningkat sampai 100% dibandingkan bulan-bulan biasa.Andri juga mulai mencari celah baru dengan menjadi subkontraktor perusahaan besar dalam penyediaan kaca hias. Untuk jasa pemasangan kaca hias, dia memasang tarif Rp 75.000 per m2. "Bisa lebih tinggi tergantung tingkat kesulitan," ujarnya. Sementara itu, untuk bisnis kaca template, Andri mematok harga Rp 650.000 per m2 dengan ketebalan 12 mm.Tapi, tak mudah menjadi subkontraktor lantaran harus punya hubungan yang sangat baik dengan kontraktor utama. "Jadi, kami harus lewat kontraktor utama. Itu saja lebih banyak dikuasai oleh perusahaan nasional untuk nilai kontrak di atas Rp 300 juta," ungkapnya.Namun, pasar kaca hias Andri tak hanya Malang, Blitar, dan Tulungagung saja. Produknya juga banyak diekspor, seperti ke Jepang dan Amerika Serikat.(Selesai) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News