KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) menyetujui
spin off sebagian segmen usaha tambang nikel dan tambah modal ke anak usaha Aneka Tambang. Analis Investindo Nusantara Pandhu Dewanto mengatakan bahwa yang diharapkan dari
spin off bisnis nikel ANTM tentu masuknya partner strategis. Terutama dalam mengembangkan segmen nikel termasuk inisiasi pengembangan industri baterai kendaraan listrik. "Tambahan sumber daya dari partner ini tentu positif bagi ANTM tapi seberapa signifikan masih terlalu awal untuk diperkirakan karena masih dalam tahap perencanaan," ujar Pandhu kepada Kontan.co.id, Senin (29/8).
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 2.000 Menjadi Rp 962.000 Per Gram Pada Hari Ini (29/8) Hingga saat ini ANTM masih mengandalkan segmen nikel sebagai kontributor utama laba Antam, meskipun pendapatan segmen emas jauh lebih besar. Hingga kuartal pertama tahun ini, segmen nikel menyumbang pendapatan mencapai Rp 3,48 triliun, lebih rendah dibanding segmen emas yang mencapai Rp 5,95 triliun. Tapi untuk laba, nikel menyumbang Rp 1,54 triliun, sedangkan emas Rp 468 miliar. Pandhu menambahkan, rencana
spin off segmen nikel diperkirakan dapat menarik minat para calon mitra karena memiliki
profit margin yang cukup menarik. Selain itu bisnis nikel juga memiliki outlook yang positif seiring semakin kuatnya permintaan nikel terutama sebagai bahan baku baterai di masa mendatang. "Hal ini juga salah satu upaya supaya dapat lebih fokus pada hilirisasi nikel tanpa terbebani oleh segmen emas, apalagi belum lama terlebih kasus yang hingga saat ini masih berjalan di pengadilan," ujar dia.
Baca Juga: Antam (ANTM) Spin Off Bisnis Nikel, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya? Dari manajemen, tahun ini ANTM menargetkan penjualan bijih nikel tumbuh mencapai 31% dibanding tahun lalu. Sedangkan untuk feronikel ditargetkan 24.000 ton - 25.000 ton atau sedikit lebih rendah dibanding realisasi tahun 2021 lalu yang hampir mencapai 26.000 ton. Berdasarkan hal ini Pandhu memperkirakan pendapatan ANTM akan berkisar Rp 39 triliun. Sedangkan laba dapat diperkirakan akan mencapai sekitar Rp 4 triliun meningkat sekitar dua kali lipat dibanding tahun lalu. Lonjakan laba Antam berkat kenaikan harga nikel yang sempat tembus level US$ 100.000 per metrik ton Maret lalu di bursa LME. Meski begitu beberapa bulan terakhir harga nikel mulai turun ke kisaran normalnya dan sekarang berada di sekitar US$ 21.700 per metrik ton.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Memisahkan Unit Usaha Nikel Selain harga nikel, pergerakan saham ANTM akan dapat dipengaruhi oleh perkembangan proyek hilirisasi nikel. Investor masih akan menanti mitra strategis yang masuk dan seberapa besar investasinya untuk mengembangkan industri ini. "Tentunya semakin besar sumber daya yang dimiliki akan semakin cepat dan leluasa dalam menjalankannya," imbuh Pandhu. Dia pun menilai prospek ANTM cenderung positif untuk jangka panjang. Yang penting, tetap perlu dipantau pergerakan saham nikel karena hingga saat ini masih berada dalam tren turun sejak mencapai level tertinggi pada Maret lalu. Selain itu perlu diperhatikan juga perkembangan dari program hilirisasi pemerintah apakah dapat berjalan sesuai rencana atau masih perlu waktu yang lebih panjang.
Baca Juga: Harga Emas Turun, Begini Strategi Aneka Tambang (ANTM) Dia menargetkan harga saham ANTM di Rp 2.400 per saham untuk 12 bulan ke depan. Menurut Pandhu, saham ANTM mulai menarik pada level harga saat ini dengan potensial kenaikan lebih dari 20%. "Hanya saja, kalau melihat tren dan pergerakan harga nikel memang masih cenderung turun,
wait and see dulu boleh, tidak perlu buru-buru masuk," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati