KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten diprediksi kemungkinan belum mendapatkan sentimen positif dari kenaikan anggaran infrastruktur untuk tahun 2024. Dalam Pidato Presiden tentang RAPBN 2024, Rabu (16/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan, Pemerintah mengalokasikan Rp 422,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk sektor infrastruktur. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan anggaran infrastruktur pada APBN 2023 sebesar Rp 392 triliun.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur konektivitas dan mobilitas, jaringan irigasi dan bendungan, infrastruktur bidang energi dan pangan, pemerataan akses teknologi informasi dan komunikasi, serta pembangunan IKN.
Baca Juga: Sektor Telko Bisa Diuntungkan Anggaran Infrastruktur, Intip Rekomendasi Sahamnya Lalu, akankah kenaikan anggaran infrastruktur untuk tahun 2024 bisa menjadi sentimen positif untuk emiten konstruksi? Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan, anggaran infrastruktu memang normalnya mengalami kenaikan setiap tahun, seiring dengan naiknya APBN. Namun, kenaikan untuk tahun anggaran 2024 itu hanya 5,8%. Artinya, kenaikan anggaran infrastruktur untuk tahun depan tidaklah signifikan. “Hal tersebut justru menunjukkan perlambatan pertumbuhan pembangunan infrastruktur,” ujarnya kepada Kontan, Senin (21/8). Menurut Teguh, kenaikan anggaran infrastruktur itu pun akhirnya tidak bisa menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten infrastruktur, termasuk untuk emiten BUMN Karya. “Kenaikan anggaran infrastruktur yang tidak terlalu besar itu kemungkinan karena pemerintah punya fokus di hal lain, misalnya pelaksanaan Pemilu 2024,” paparnya. Teguh melihat, investor sebaiknya
wait and see untuk emiten saham infrastruktur. Sebab, emiten infrastruktur, terutama BUMN Karya, masih banyak yang bermasalah dengan utang. “Jadi, kita bisa tunggu penyelesaian masalahnya tersebut. Sebab, kalau sekadar melihat besara anggaran APBN untuk konstruksi, jumlahnya hampir pasti naik tiap tahun,” tuturnya. Meskipun begitu, Teguh merekomendasikan
TOTL dan
JSMR dengan target harga masing-masing Rp 450 – Rp 500 dan Rp 4.000 per saham.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank BNI (BBNI) yang Bakal Lakukan Stock Split Untuk JSMR, Teguh melihat, kinerjanya akan baik dan emiten tersebut akan diuntungkan dengan fokus pemerintah membangun infrastruktur konektivitas dan mobilitas.
“Tetapi, saat ini pengelolaan jalan tol sudah tidak lagi dimonopoli JSMR. Misalnya, Tol Cisumdawu yang baru diresmikan kemarin itu dikelola perusahaan milik Jusuf Hamka,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi