Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Anak, Perlu Subsidi Silang



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Anggaran makan bergizi gratis turun menjadi Rp 10.000 per anak dari rencana Rp 15.000 per anak. 

Ahli Ketahanan dan Keamanan Kesehatan Dicky Budiman mengatakan, program makan bergizi gratis bisa berjalan jika dilakukan prinsip subsidi silang.

“Masalah anggaran yang hanya Rp 10.000, menurut saya ini, perlu dilakukan prinsip subsidi silang, karena ada daerah yang jika anggarannya Rp 10.000 itu tidak bisa,” ujar Dicky pada Kontan.co.id, Rabu (4/12).


Dia menyampaikan, di Eropa program makan bergizi gratis diberlakukan dengan cara subsidi silang, lalu bekerjasama dengan public-private partnership, dan sebagainya agar program bisa menjadi keberlanjutan.

Baca Juga: Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Orang, Ini Kata Badan Gizi

Dicky mengatakan, makan bergizi gratis merupakan program yang akan sangat besar manfaatnya, maka perlu adanya keberlanjutan dan konsisten agar manfaat dari makan bergizi bisa dirasakan. 

“Manfaat makan bergizi gratis yaitu mengubah pola pemahaman, perilaku hidup bersih sehat, bahwa makanan itu harus sehat dan bergizi untuk memenuhi menu gizi seimbang,” tuturnya.

Dia mencontohkan, dalam porsi makan bergizi gratis harus terpenuhi karbohidrat, protein, sayuran, buah, dan lemah sehat.

“Kalau saya lihat karbohidrat bisa nasi, ubi, jagung mungkin harga di sini Rp 3.000, lalu protein bisa tahu, tempe, atau telur dengan harga Rp 3.000, dan sayuran bisa kangkong, bayam, sawi seharga Rp 2.000, sudah Rp 8.000. Sisa Rp 2.000 harus ada buah. Lemak sehat bisa pakai minyak kelapa ditumisan,” ujar Dicky.

Dicky menambahkan, untuk mengatasi keterbatasan anggaran, caranya bisa dengan menentukan prioritas sasaran untuk makan bergizi gratis, dibagi berdasarnya jangka panjang dan jangka pendek.

Baca Juga: Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Anak, Prabowo Beri Penjelasan

“Misal dalam jangka pendek, kondisi mendesak dan kritis tentu prioritaskan ibu hamil dan balita usia 0-5 tahun, serta anak sekolah dasar untuk mencegah stunting di masa depan,” ujar Dicky

Untuk jangka panjang perlu diprioritaskan perempuan usia 10 tahun-18 tahun untuk mencegah terjadinya anemia, mengingat perempuan akan menjadi ibu di masa depan.

Selanjutnya: Pande Emas Pegadaian: Inovasi Terbaru untuk Pengrajin Emas di Mataram

Menarik Dibaca: Ide Kue Natal, Ini Resep Choco Truffle yang Meleleh di Mulut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat