KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Realisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi andalan pemerintahan saat ini terus menuai sorotan. Pengamat Kebijakan Publik yang juga mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Andrinof Chaniago, mendesak pemerintah untuk melakukan evaluasi mendalam dan membuka diri terhadap alternatif program lain yang lebih efisien. Andrinof menilai, dengan anggaran yang menembus angka puluhan triliun rupiah, pemerintah harus sangat jeli dalam menghitung manfaat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Ia menekankan agar jangan sampai terjadi
opportunity lost atau hilangnya kesempatan untuk membiayai program lain yang jauh lebih berdampak. "Program ini harus dievaluasi dan pemerintah harus membuka diri untuk tawaran alternatif program. Harus lihat sampai
opportunity lost. Sayang uang rakyat puluhan triliun tidak dibelanjakan berdasarkan tujuan yang paling besar manfaatnya dan paling rendah biayanya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/12/2025).
Baca Juga: BGN Tegaskan Anak Tidak Dipaksa ke Sekolah untuk Ambil MBG Saat Libur Semester Andrinof mengklarifikasi bahwa masalah utamanya bukan pada apakah program ini dibutuhkan atau tidak oleh masyarakat. Namun, persoalannya terletak pada ketepatan sasaran dan efektivitas penggunaan anggaran negara. Menurutnya, setiap kebijakan publik yang menyerap dana jumbo wajib dibandingkan dengan pilihan program lainnya melalui analisis biaya-manfaat (
cost-benefit analysis). Hal ini penting untuk memastikan setiap rupiah uang rakyat memberikan hasil yang optimal. "Masalahnya bukan program ini tidak dibutuhkan. Tetapi dari segi ketepatan sasaran dan perbandingan biaya-manfaat, program ini harus dibandingkan dengan biaya-manfaat pilihan program lainnya," tegasnya. Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk tidak kaku dalam menjalankan program MBG. Evaluasi secara berkala diperlukan agar skema distribusi dan penyaluran gizi tersebut tidak menjadi beban fiskal yang sia-sia, melainkan benar-benar menjadi investasi sumber daya manusia yang terukur. Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) mengklaim telah melakukan penghematan anggaran besar-besaran dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahun 2025. Meski pagu anggaran yang disiapkan mencapai Rp 71 triliun, realisasi penerima manfaat diklaim melompat jauh melampaui target awal. Wakil Kepala BGN Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi, Nanik Sudaryati Deyang, mengungkapkan bahwa semula anggaran tersebut ditargetkan hanya untuk 6 juta penerima manfaat. Namun, dalam pelaksanaannya, program ini mampu menjangkau hingga 50 juta anak dan kelompok rentan lainnya.
Baca Juga: BGN Klaim Anggaran MBG Rp 71 Triliun Bisa Jangkau 50 Juta Penerima “Anggaran MBG tahun 2025 itu Rp 71 triliun, targetnya untuk 6 juta penerima manfaat. Namun ternyata kami bisa memberi manfaat kepada 50 juta anak Indonesia dan kelompok 3B (ibu hamil, ibu menyusui, dan balita),” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (23/12/2025). Nanik menjelaskan, penghematan ini bisa terjadi karena adanya efisiensi dalam pembangunan infrastruktur dapur. Awalnya, BGN berencana membangun banyak dapur secara mandiri, namun dalam perjalanannya banyak yayasan dan mitra yang bersedia membangun “Dapur Mandiri”. Alhasil, BGN hanya perlu mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 15.000 per porsi makanan. Biaya tersebut sudah mencakup komponen program, gaji hampir 100.000 karyawan termasuk ahli gizi dan akuntan di tiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), hingga operasional dari Sabang sampai Merauke.
“Data yang saya sampaikan ini bisa dicek ke Kementerian Keuangan,” tegas Nanik yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Harian Tim Koordinasi pengelolaan program MBG tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News