KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini diperkirakan bisa menggembung akibat pelemahan rupiah. Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita mengatakan, depresiasi rupiah yang mendekati Rp 16.000 per dollar Amerika Serikat (AS) akan membuat anggaran subsidi khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM) tahun ini bengkak. Potensi ini kemungkinan besar terjadi sekalipun harga minyak dunia masih berada dalam rentang asumsi APBN 2023.
Hal ini karena,
perhitungan Indonesian Crude Price (ICP) dihitung dalam dolar AS. Sehingga biaya impor BBM akan naik tajam, karena posisi rupiah terhadap dollar AS tidak lagi sesuai dengan asumsi dalam APBN 2023 yang sebesar Rp 14.800. “Sementara itu, setengah dari kebutuhan BBM kita diimpor dari pasar global yang dibayar memakai dolar.
Jadi akan ada kenaikan biaya impor BBM sebesar selisih harga antara harga dolar yang diasumsikan APBN 2023, dengan harga dolar hari ini untuk setiap dolar yang dibayarkan atas impor BBM,” tutur Ronny kepada Kontan.co.id, Senin (30/10). Baca Juga: Rupiah Terus Melemah Mendekati Rp 16.000, Siapa yang Diuntungkan? Selain berdampak terhadap subsidi energi, Ronny menilai pelemahan nilai tukar rupiah ini juga berpotensi menyulut utang luar negeri pemerintah. Dia menambahkan, sekalipun pemerintah tidak menambah utang luar negeri, maka secara otomatis nominal rupiah yang dibutuhkan juga naik sesuai dengan pergerakan harga rupiah. “Artinya, anggaran yang telah ditetapkan di dalam APBN 2023 akan terpakai untuk menutup selisih kedua selisih tersebut. Pertama subsidi BBM akan bengkak tajam. Kedua, cicilan utang luar negeri juga akan bengkak tajam,” terangnya. Sebelumnya, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Rachmatarwata juga mengatakan, nilai tukar rupiah memang berpotensi akan lebih tinggi dari asumsi dalam APBN 2023 yakni sebesar Rp 14.800 per dollar AS. Sehingga melemahnya nilai tukar rupiah akan menyebabkan subsidi yang sudah dianggarkan pemerintah berpotensi jebol. “Memang untuk (asumsi) dolarnya kemungkinan akan lebih tinggi dari Rp 14.800 yang di APBN. Nah mungkin dari situ dampaknya akan ada. Mudah-mudahan nggak terlalu besar tapi kenaikan bisa terjadi karena kenaikan kurs,” tutur Isa dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu (25/10).
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,31% ke Rp 15.890 Per Dolar AS Pada Senin (30/10) Untuk diketahui, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ada di level Rp 15.916 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (30/10), menguat 0,16% dari akhir pekan lalu yang ada di Rp 15.941 per dolar AS. Pergerakan rupiah di Jisdor BI sejalan dengan rupiah spot. Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.890 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Senin (30/10), menguat 0,31% dari akhir pekan lalu yang ada di Rp 15.939 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat