JAKARTA. Anggaran subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 berpotensi turun. Akibatnya, inflasi berpeluang meningkat sehingga dapat mengganggu daya beli dan defisit anggaran melebar. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penurunan anggaran subsidi energi itu lantaran adanya perubahan kesepakatan awal harga minyak mentah US$ 50 per barel menjadi US$ 48 per barel. Namun, perkembangan terakhir, harga minyak mentah dunia kembali naik melebihi US$ 48 per barel. "Proyeksi harga minyak mentah dunia dengan berkurangnya jumlah pasokan dari AS dan peningkatan permintaan minyak dari China serta naiknya permintaan menjelang musim dingin akan membuat harga minyak naik di atas US$ 50 per barel pada semester-II 2017," kata Bhima kepada KONTAN, Minggu (30/7).
Anggaran subsidi turun berpotensi naikkan inflasi
JAKARTA. Anggaran subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 berpotensi turun. Akibatnya, inflasi berpeluang meningkat sehingga dapat mengganggu daya beli dan defisit anggaran melebar. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penurunan anggaran subsidi energi itu lantaran adanya perubahan kesepakatan awal harga minyak mentah US$ 50 per barel menjadi US$ 48 per barel. Namun, perkembangan terakhir, harga minyak mentah dunia kembali naik melebihi US$ 48 per barel. "Proyeksi harga minyak mentah dunia dengan berkurangnya jumlah pasokan dari AS dan peningkatan permintaan minyak dari China serta naiknya permintaan menjelang musim dingin akan membuat harga minyak naik di atas US$ 50 per barel pada semester-II 2017," kata Bhima kepada KONTAN, Minggu (30/7).