JAKARTA. Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa boleh saja menjanjikan banyak anggaran untuk pengembangan pendidikan. Namun, belum tentu janji itu bisa terlaksana. Apalagi, selama ini banyak anggaran di sektor pendidikan yang belum terpakai secara optimal. Sejatinya, penyediaan anggaran 20% di sektor pendidikan belum berlangsung lama. Dengan keterbatasan dana di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), jelas tidak mudah untuk memperbesar porsi tersebut. Kalaupun bisa, pasti harus mengorbankan anggaran di sektor lain. Bagi, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, peningkatan anggaran bukanlah kunci utama meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dengan porsi anggaran 20%, sebenarnya sudah cukup menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. "Masalahnya, selama ini penyerapan anggaran pendidikan 20% di APBN jauh dari maksimal," kata Enny, Rabu (4/6).
Anggaran yang ada belum optimal
JAKARTA. Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa boleh saja menjanjikan banyak anggaran untuk pengembangan pendidikan. Namun, belum tentu janji itu bisa terlaksana. Apalagi, selama ini banyak anggaran di sektor pendidikan yang belum terpakai secara optimal. Sejatinya, penyediaan anggaran 20% di sektor pendidikan belum berlangsung lama. Dengan keterbatasan dana di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), jelas tidak mudah untuk memperbesar porsi tersebut. Kalaupun bisa, pasti harus mengorbankan anggaran di sektor lain. Bagi, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, peningkatan anggaran bukanlah kunci utama meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dengan porsi anggaran 20%, sebenarnya sudah cukup menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. "Masalahnya, selama ini penyerapan anggaran pendidikan 20% di APBN jauh dari maksimal," kata Enny, Rabu (4/6).