JAKARTA. Penggerebekan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 yang berujung tewasnya enam terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan pada awal tahun kemarin dinilai tidak tepat oleh anggota Komisi I DPR, Susaningtyas N.H Kertopati. "Saya rasa menembak mati enam terduga teroris itu tidak tepat karena dengan begitu sulit membongkar embrio dan kelompok teroris tersebut," kata politisi dari Partai Hanura tersebut dalam pesan tertulisnya, Kamis (2/1/2014). Politisi yang akrab disapa Nuning itu menambahkan perlu adanya perubahan paradigma untuk menyelesaikan masalah terorisme agar tidak muncul kembali. "Saya berpendapat bila pemberantasan terorisme ini melulu represif dan tak habis-habisnya, maka ada yang salah dalam penanganannya. Paradigmanya harus diubah tak melulu dari sudut pandang teologis-ideologis," imbuhnya. Nuning berujar, aksi represif dari aparat, tidak akan menyelesaikan masalah terorisme sampai ke akarnya. Oleh karenanya perlu pemahaman yang mendalam untuk menangkap apa motif dibalik adanya aksi ini. "Tindakan preventif lebih baik, bisa dalam bentuk deradikalisasi, cipta kondisi, atau desepsi sehingga bisa tahu rencana strategis (renstra) mereka. Pendekatan sosial itu penting, munculnya gerakan terorisme ini sebagian karena ada rasa ketidakadilan. Jadi polisi jangan bergerak represif melulu seperti pemadam kebakaran," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Anggota Komisi I kritik aksi Densus 88
JAKARTA. Penggerebekan yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 yang berujung tewasnya enam terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan pada awal tahun kemarin dinilai tidak tepat oleh anggota Komisi I DPR, Susaningtyas N.H Kertopati. "Saya rasa menembak mati enam terduga teroris itu tidak tepat karena dengan begitu sulit membongkar embrio dan kelompok teroris tersebut," kata politisi dari Partai Hanura tersebut dalam pesan tertulisnya, Kamis (2/1/2014). Politisi yang akrab disapa Nuning itu menambahkan perlu adanya perubahan paradigma untuk menyelesaikan masalah terorisme agar tidak muncul kembali. "Saya berpendapat bila pemberantasan terorisme ini melulu represif dan tak habis-habisnya, maka ada yang salah dalam penanganannya. Paradigmanya harus diubah tak melulu dari sudut pandang teologis-ideologis," imbuhnya. Nuning berujar, aksi represif dari aparat, tidak akan menyelesaikan masalah terorisme sampai ke akarnya. Oleh karenanya perlu pemahaman yang mendalam untuk menangkap apa motif dibalik adanya aksi ini. "Tindakan preventif lebih baik, bisa dalam bentuk deradikalisasi, cipta kondisi, atau desepsi sehingga bisa tahu rencana strategis (renstra) mereka. Pendekatan sosial itu penting, munculnya gerakan terorisme ini sebagian karena ada rasa ketidakadilan. Jadi polisi jangan bergerak represif melulu seperti pemadam kebakaran," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News