Anggota Komisi VI DPR dukung rencana IPO Pertamina Geothermal Energy



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mendapatkan dukungan dari Anggota Komisi VI DPR RI.

Rencana IPO PGE dinilai akan berdampak positif bagi perusahaan. Pasalnya, dengan menjadi perusahaan terbuka, PGE wajib menerapkan prinsip transparansi. Lewat keterbukaan, kinerja perusahaan pun akan meningkat dan lebih efisien. 

“Jika terdapat pihak-pihak yang menolak IPO PGE, justru bisa dinilai tidak menghendaki PGE lebih transparan dan lebih efisien. Dan saya duga, memang ada yang menghendaki kondisi demikian,” kata Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiadie dalam keterangan resmi, Kamis (16/02).


Andre menambahkan, dengan prinsip keterbukaan maka semua pihak bisa menilai kinerja PGE. Ini sekaligus mencegah penyelewengan di dalam perusahaan sehingga tak ada yang bisa ditutup-tutupi.

Baca Juga: IPO Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Ditargetkan Rampung Akhir Bulan Ini

Andre turut mengkritisi isu privatisasi yang sempat menguat sebelumnya. Menurutnya, saham PGE yang dilepas ke publik sangat kecil, hanya sekitar 25%. Dengan demikian, tidak ada perpindahan kepemilikan dari Pertamina ke pihak swasta atau asing.

Andre menegaskan, garis kebijakan perusahaan dan kontrol organisasi masih sepenuhnya berada di tangan Pertamina.

"Tidak ada kepemilikan yang beralih ketika mereka menjadi perusahaan terbuka. Nah, begitu juga dengan PGE, tidak akan ada kepemilikan yang berubah. Jangan lupa, saham yang dilepas PGE juga hanya 25%,” tegasnya.  

Andre melanjutkan, banyak BUMN yang sukses setelah mencatatkan sahamnya di lantai bursa. Sebut saja Bank Mandiri, BNI, BRI, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) hingga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Andre menambahkan, IPO dibutuhkan PGE. Pasalnya, investasi panas bumi membutuhkan dana besar. Melalui IPO, PGE akan memperolah dana besar yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja, bukan dalam bentuk pinjaman. Dengan demikian, tidak ada kewajiban PGE untuk mengembalikan dana tersebut.

“Kalau pinjam bank, kan harus mengembalikan. Tetapi ini kan tidak. Hanya sharing keuntungan saja seiring dengan sharing risiko tentunya,” imbuh Andre..

IPO, menurut Andre, merupakan mekanisme yang lazim dilakukan perusahaan dan sudah banyak kisah sukses, baik di Indonesia maupun di dunia. Dalam konteks ini, IPO akan memiliki banyak manfaat.

Asal tahu saja, PGE yang merupakan bagian dari Subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), rencananya melepas sebanyak-banyaknya 10.350.000.000 (10,35 miliar) saham biasa dengan harga pelaksanaan penawaran perdana dengan kisaran Rp 820 — Rp 945. 

Lewat penawaran umum perdana saham, PGEO menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp 9,78 triliun. Alokasi hasil IPO akan digunakan oleh perseroan salah satunya untuk kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex).

Baca Juga: Wamen BUMN: IPO Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Ditargetkan Rampung Akhir Februari

Periode penawaran umum perdana saham PGE dijadwalkan berlangsung 20-22 Februari 2023. Pencatatan perdana di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023. 

Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi