KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyambut baik pembangunan smelter pemurnian bijih nikel pertama oleh perusahaan dalam negeri PT Ceria Nugraha Indotama. Mulyanto menilai upaya ini merupakan langkah maju yang perlu didukung untuk optimalisasi program hilirisasi SDA yang selama ini dikuasai perusahaan asing. Dengan pendirian smelter milik pengusaha dalam negeri ini diharapkan nilai tambah pengolahan nikel dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan menguap dan lari ke negara lain. "Harusnya proyek smelter nikel dengan investasi domestik ini sejak awal diprioritaskan, bukan malah diujung-ujung menjelang moratorium smelter nikel dan jumlah cadangan nikel hampir menipis. Apalagi pasar nikel kelas II ini ditengarai sudah berlebih. Ini kan ibarat gigitan apel terakhir," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis, Kamis (4/7).
Baca Juga: Proyek Smelter Nikel Ceria Group Segera Masuk Tahap Commissioning Mulyanto menyebut meski pembangunan smelter ini terbilang terlambat tapi masih bisa bermanfaat bagi pengolahan SDA yang tersisa. Ia menjelaskan wacana penghentian investasi baru pabrik pengolahan nikel kadar tinggi itu sudah bergulir sejak akhir 2022. Saat itu, harga turunan nikel, seperti NPI, FeNi, dan nickel matte mulai merosot akibat pasokan yang berlebih dari Indonesia. Tapi faktanya industri ini masih menarik untuk dikelola. Kementerian Perindustrian mencatat sampai dengan Maret 2024, Indonesia memiliki total 44 smelter nikel yang beroperasi di bawah binaan Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE).