Angka Pengangguran Menurun Jadi 7,2 Juta Jiwa Per Februari 2024, Mayoritas Pria



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan tingkat pengangguran terbuka turun pada Februari 2024. Adapun tingkat pengangguran ini didominasi laki-laki.

Statistisi BPS, Eko Sriyanto menyebutkan, tingkat pengangguran pada Februari 2024 menurun menjadi 4,82% jika dibandingkan periode sama tahun 2023 yang sebesar 5,45%.

Adapun dari sisi jumlah pengangguran tersebut, mencapai 7,2 juta jiwa di Feburari 2024, sementara di Februari 2023 sebanyak 7,7 juta jiwa.


“Jadi tingkat pengangguran saat ini lebih rendah di banding tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (3/7).

Eko menuturkan, tingkat pengangguran di Indonesia didominasi oleh laki-laki ketimbang perempuan. Sementara dilihat dari wilayah, tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan.

“Jika berdasarkan pendidikan, tingkat pengangguran SMK masih tertinggi dibanding yang lainnya,” tutur Eko.

Baca Juga: Ini Usaha Kemnaker Antisipasi PHK

Lebih lanjut, Eko menambahkan, data terkait pengangguran di BPS dalam satu tahun dikeluarkan sebanyak dua kali yakni pada Februari dan November.

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economic (Core), Yusuf Rendy menilai, data BPS terkait pengangguran dikeluarkan pada waktu tertentu, sehingga data tersebut tidak bisa memotret akibat dari pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tingkat pengangguran.

Menurutnya, salah satu sektor yang banyak melakukan PHK adalah industri manufaktur, bahkan jumlah pekerjanya lebih kecil dari sebelum pandemi.

“Pada Februari tahun lalu jumlah pekerja di sektor industri manufaktur mencapai sekitar 50.3000 orang. Padahal sebelum pandemi di Februari tahun 2019 mencapai 285.000 orang,” kata Yusuf kepada Kontan.

Ia menyebut, menurunnya jumlah pekerja di sektor manufaktur merupakan gambaran dari PHK yang dilakukan di beberapa tahun terakhir. Menurutnya, sektor ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.

“Pekerjaan rumahnya adalah bagaimana mendorong investasi dalam bentuk apapun untuk memperlihatkan kembali lapangan usaha yang mempunyai kapasitas dalam menyerap angkatan kerja dalam jumlah yang besar dalam seperti industri manufaktur,” terangya.

Untuk itu, dia bilang, upaya yang perlu dilakukan pemerintah memberi insentif, merancang regulasi yang tepat, hingga memastikan ekosistem investasi yang baik.

“Ini yang perlu diperhatikan pemerintah ketika ingin mendorong kembali industrialisasi yang pada moralnya bisa membantu serapan angkatan kerja ke sektor yang punya kapasitas menampung angkatan kerja dalam jumlah besar,” imbuh Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat