NEW YORK. Tingkat pengangguran Amerika Serikat yang meningkat tidak membuat bursa Wall Street melemah. Buktinya, indeks bursa Amerika Serikat itu justru menguat hingga penutupan.Indeks Standard & Poors'500 bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei lalu. Hingga pukul 16.00 waktu setempat, indeks S&&P 500 menguat 1,9% ke level 1.390,99.Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,7% ke level 13.096,7. Sedangkan indeks Nasdaq melonjak 2% ke level 2.96,90.Penguatan indeks bursa Amerika Serikat terjadi setelah Kementerian Tenaga Kerja mengumumkan data tenaga kerja Juli lalu. Data itu menyatakan, tingkat pengangguran Amerika Serikat dari 8,2% menjadi 8,3%.Namun, data tingkat pengangguran itu bukanlah yang menjadi pemicu kenaikan indeks. Indeks Wall Street bergairah lantaran data tersebut menunjukkan jumlah payrolls Juli lalu naik 163.000 dibandingkan Juni lalu yang sebesar 64.000. Angka ini mengalahkan prediksi para analis.Bursa Amerika Serikat juga semakin bergairah karena indeks industri non manufaktur juga meningkat menjadi 52,6. Asal tahu saja, industri non manufaktur mencakup 90% ekonomi Negeri Uwak Sam tersebut.Chief Investment Strategist Janney Montgomery Scott LLC Mark Luschini mengatakan, data tenaga kerja tersebut tidak penting bagi investor. Menurutnya, investor melihat data-data yang buruk itu sebagai bukti yang cukup bagi The Fed untuk bertindak bagi pemulihan Amerika Serikat. "Angka-angka tidak begitu bagus ini artinya The Fed harus berbuat sesuatu," katanya.Chairman Marketfield Asset Management Michael Shaoul juga membenarkan hal itu. Dia bilang, investor seperti dirinya akan melihat data tenaga kerja yang buruk itu untuk lebih bersabar. "Ini tidak akan mengubah pikiran The Fed (dalam mengucurkan stimulus)," lanjutnya.Dalam empat hari terakhir, bursa Amerika Serikat loyo karena Gubernur The Fed Ben S. Bernanke dan President European Central Bank Mario Drahi gagal menyakinkan investor untuk mengucurkan stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Angka pengangguran naik, Wall Street malah menguat
NEW YORK. Tingkat pengangguran Amerika Serikat yang meningkat tidak membuat bursa Wall Street melemah. Buktinya, indeks bursa Amerika Serikat itu justru menguat hingga penutupan.Indeks Standard & Poors'500 bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei lalu. Hingga pukul 16.00 waktu setempat, indeks S&&P 500 menguat 1,9% ke level 1.390,99.Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,7% ke level 13.096,7. Sedangkan indeks Nasdaq melonjak 2% ke level 2.96,90.Penguatan indeks bursa Amerika Serikat terjadi setelah Kementerian Tenaga Kerja mengumumkan data tenaga kerja Juli lalu. Data itu menyatakan, tingkat pengangguran Amerika Serikat dari 8,2% menjadi 8,3%.Namun, data tingkat pengangguran itu bukanlah yang menjadi pemicu kenaikan indeks. Indeks Wall Street bergairah lantaran data tersebut menunjukkan jumlah payrolls Juli lalu naik 163.000 dibandingkan Juni lalu yang sebesar 64.000. Angka ini mengalahkan prediksi para analis.Bursa Amerika Serikat juga semakin bergairah karena indeks industri non manufaktur juga meningkat menjadi 52,6. Asal tahu saja, industri non manufaktur mencakup 90% ekonomi Negeri Uwak Sam tersebut.Chief Investment Strategist Janney Montgomery Scott LLC Mark Luschini mengatakan, data tenaga kerja tersebut tidak penting bagi investor. Menurutnya, investor melihat data-data yang buruk itu sebagai bukti yang cukup bagi The Fed untuk bertindak bagi pemulihan Amerika Serikat. "Angka-angka tidak begitu bagus ini artinya The Fed harus berbuat sesuatu," katanya.Chairman Marketfield Asset Management Michael Shaoul juga membenarkan hal itu. Dia bilang, investor seperti dirinya akan melihat data tenaga kerja yang buruk itu untuk lebih bersabar. "Ini tidak akan mengubah pikiran The Fed (dalam mengucurkan stimulus)," lanjutnya.Dalam empat hari terakhir, bursa Amerika Serikat loyo karena Gubernur The Fed Ben S. Bernanke dan President European Central Bank Mario Drahi gagal menyakinkan investor untuk mengucurkan stimulus untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News