Angka rekomendasi ekspor mineral mentah fantastis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir penutupan tahun ini, rekomendasi ekspor mineral mentah yaitu nikel kadar rendah dan bauksit menunjukan angka yang fantastis. Yaitu mencapai 20,9 juta ton untuk nikel dan 14,66 juta ton untuk bauksit.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit mengatakan baru-baru ini ada tambahan empat perusahaan yang mendapatkan rekomendasi. Masing-masing dua perusahaan nikel dan bauksit.

Untuk nikel, rekomendasi diberikan kepada PT Ifishdeco pada 30 Oktober 2017 sebanyak 992.000 ton. Perusahaan lainnya adalah PT Sambas Mineral Mining yang mendapatkan rekomendasi pada 30 Oktober 2017 sebanyak 2,97 juta ton.


Sementara untuk komoditas bauksit, rekomendasi diberikan kepada PT Kalbar Bumi Perkasa pada 25 Oktober sebanyak 3,5 juta ton. Satu perusahaan lainnya adalah PT Lobindo Nusa Persada pada 30 Oktober sebanyak 1,5 juta ton.

Tapi, meskipun rekomendasi yang diberikan mencapai angka yang fantastis, realisasi ekspornya masih sedikit. Adapun peningkatan realisasi baru terjadi baru-baru ini setelah perusahaan selesai melakukan persiapan.

Menurut data dari Kementerian ESDM per enam November kemarin, realisasi ekspor nikel tercatat baru mencapai 2,72 juta ton atau 13,44% dari total kuota. Sementara realisasi ekspor bauksit yang didominasi PT Antam (Persero) Tbk. dan PT Dinamika Sejahtera Mandiri lebih rendah lagi, yakni 640.214 ton atau 4,37% dari rekomendasi.

"Jadi, kalau disetujui Oktober mereka punya waktu sampai Oktober tahun depan. Tapi kan ada yang sudah dapat dari Mei, Juli," katanya kepada KONTAN, Minggu (19/11).

Bambang pun tidak khawatir terjadi lonjakan ekspor secara tiba-tiba, sehingga bisa menjatuhkan harga nikel dan bauksit. Pasalnya, perusahaan pun harus menghitung kemampuan produksi dan ketersediaan kapal untuk ekspor. "Kalau tiba-tiba digenjot seperti itu kan bisa ada kecelakaan tambang. Kapalnya juga gak ada," tuturnya.

Sementara Direktur Jenderal (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono menyatakan tidak akan membatasi kuota rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah selama persyaratannya terpenuhi.

Namun, Bambang menegaskan pengawasan akan terus dilakukan dibarengi dengan evaluasi setiap enam bulan. Apabila tidak sesuai dengan rencana kerja, dengan minimal progres pembangunan semlter mencapai 90% per periode, maka rekomendasinya bisa dicabut.

"Enam bulan gak jalan ya tinggal dicabut. Sesuai dengan dengan rencana masing-masing yang ada di buku dokumen surveyor," ujarnya.

Bambang pun tidak khawatir dengan potensi penurunan harga nikel akibat bertambahnya pasokan dari Indonesia. Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi harga. "Harga itu sangat fluktuatif. Sekarang malah sudah US$ 12.000an per ton," tuturnya.

Bambang menilai meskipun volume rekomendasinya besar, realisasinya tidak akan mencapai kuota maksimal dalam waktu singkat. Pasalnya, ada waktu satu tahun bagi masing-masing perusahaan untuk memanfaatkan kuota yang diberikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati