Angkasa Pura I belum tentukan harga beli lahan DIY



KULON PROGO.  PT Angkasa Pura I belum berani menentukan harga ganti rugi lahan untuk keperluan pembangunan bandara di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Direktur Community Developmen PT Angkasa Pura I Ariyadi Subagyo di Kulon Progo, Kamis, mengatakan realisasi pemberian ganti rugi diperkirakan masih lama. Menurut dia, idealnya harga ganti rugi ditentukan pada waktu terakhir menjelang realisasi pembangunan bandara.

"Realisasi pemberian ganti rugi lahan diperkirakan baru akan dilakukan satu tahun lagi, setelah semua proses persiapan selesai," kata Aryadi dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD Kulon Progo.


Ia mengatakan, sangat mungkin harga sekarang dengan satu tahun mendatang tentu berbeda. Kalau sekarang ditentukan, dan besok saat realisasi berbeda, akan merepotkan semua pihak.

"Ganti rugi lahan memang menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura I. Namun demikian, pendataan dan pengukuran menjadi tanggung jawab tim dari Pemerintah DIY, dan Pemkab Kulon Progo," kata dia.

Aryadi mengatakan pembangunan bandara di Temon membutuhkan lahan sekitar 627 hektare.

Lahan tersebut berada di wilayah Desa Jangkaran seluas 453 hektare, Sindutan 551 hektare, Palihan 2.104 hektare, Kebonrejo 323 hektare, dan Glagah 2.835 hektare.

"Untuk memperjelas lingkup calon bandara, hari ini Tim Persiapan Pengadaan Lahan dari Pemda dan BPN menambah jumlah patok pembatas,” katanya.

Ariyadi mengatakan tahap persiapan pengadaan lahan diharapkan akan selesai pada Juni 2015. Sedangkan pengadaan lahan akan selesai setahun kemudian.

Ia mengatakan pembangunan kontruksi diproyeksikan akan dimulai pada Juni 2016, dan akan selesai pada akhir 2019, untuk langsung dioperasikan.

"Proses boyongan dari Bandara Adi Sutjipto ke Temon direncanakan hanya dalam waktu semalam. Jadi, kalau ada pesawat 'take off' sore di Adi Sutjipto, paginya bisa landing di Temon," kata Ariyadi.

Sementara itu, Corporate Expert AP I Purwanto mengatakan masa pengoperasian bandara di Temon akan berlangsung selama 50 hingga 100 tahun.

Pada awal pengoperasian, diproyeksikan jumlah penumpang mencapai lima juta orang setiap tahun. Jumlah itu akan meningkat sekitar 18 persen per tahun, sehingga enam tahun berikutnya akan mencapai 10 juta orang.

"Kalau setiap 1.000 orang harus dilayani oleh satu pegawai, maka pada awal pengoperasian bandara Temon membutuhkan sekitar 5.000 karyawan. Dari jumlah itu, karyawan dari PT Angkasa Pura I hanya sekitar 100 orang," kata Purwanto. (Sutarmi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia