Di Kampung Korbey, anak-anak Papua dan perempuan suku Arfak banyak yang putus sekolah. Adat menganggap perempuan tidak perlu besekolah tinggi. Adat juga membuat perempuan suku Arfak banyak menikah pada usia dini. Bahkan, banyak diantara mereka yang belum bisa baca tulis. Kondisi ini sangat menyentuh emosi Risna Hasanuddin. Sebagai lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura, Maluku, Risna pun bertekad untuk memajukan anak-anak dan perempuan Arfak, meski tiada imbalan. Berbekal tabungan dan kiriman dari orang tua, Risna mulai memberdayakan ekonomi perempuan di Kampung Kobrey. Ia melihat perempuan Arfak memiliki potensi untuk membuat noken, tas tradisional masyarakat Papua. Tas ini terbuat dari serat kulit kayu dan berfungsi untuk membawa barang-barang sehari-hari.
Angkat ekonomi perempuan Papua lewat noken
Di Kampung Korbey, anak-anak Papua dan perempuan suku Arfak banyak yang putus sekolah. Adat menganggap perempuan tidak perlu besekolah tinggi. Adat juga membuat perempuan suku Arfak banyak menikah pada usia dini. Bahkan, banyak diantara mereka yang belum bisa baca tulis. Kondisi ini sangat menyentuh emosi Risna Hasanuddin. Sebagai lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura, Maluku, Risna pun bertekad untuk memajukan anak-anak dan perempuan Arfak, meski tiada imbalan. Berbekal tabungan dan kiriman dari orang tua, Risna mulai memberdayakan ekonomi perempuan di Kampung Kobrey. Ia melihat perempuan Arfak memiliki potensi untuk membuat noken, tas tradisional masyarakat Papua. Tas ini terbuat dari serat kulit kayu dan berfungsi untuk membawa barang-barang sehari-hari.