Angkat harga timah dunia, PT Timah (TINS) tekan volume ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) berencana untuk menekan volume ekspor guna menaikkan harga timah dunia yang semakin menurun. Hal ini disampaikan TINS pada “Asia Tin Week 2019” di Xi’an, Provinsi Shaanxi, China, pada 3-5 September 2019. Dalam acara ini, para produsen dan konsumen timah terkemuka dunia bertemu untuk membahas nasib harga timah dunia.

Pertemuan Asia Tin Week kali ini membahas sejumlah isu strategis, di mana pengaruh perang dagang antara China dan Amerika terhadap industri timah dunia dan harga komoditi timah menjadi isu yang terhangat.

Pada kesempatan ini, M. Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama PT Timah Tbk menyampaikan, TINS akan menyikapi kelesuan harga timah yang terjadi saat ini, dengan melakukan kebijakan efektifitas dan efisiensi pada operating cost, terutama volume ekspor.


Baca Juga: Wow, saham TINS melonjak 13,89% di akhir perdagangan

“Melihat apa yang terjadi pada pasar saat ini, kita akan lakukan kebijakan untuk menahan volume ekspor karena harga timah semakin menurun. Namun tentu kebijakan ini akan dievaluasi kembali ketika harga sudah membaik,” jelas Riza dalam keterangan resminya Kamis (5/9).

Riza menjelaskan bahwa kondisi harga timah saat ini kurang menguntungkan bagi sektor pertambangan timah, khususnya produsen.

Dari periode Juli 2019, TINS sudah menekan volume ekspor. Namun bila harga tetap tidak membaik TINS akan mengambil langkah untuk mengurangi volume ekspor hingga 1.000 ton-2.000 ton per bulan.

Pertemuan ini juga terdapat sesi Leader’s Forum, dimana Dirut TINS bersama dengan para pimpinan pemain industri timah dunia, di antaranya Yunnan Tin Group, Guang Xi China Tin Group, Traxys, dan ITA, membahas situasi terakhir bisnis pertimahan dunia.

Baca Juga: Bangun pabrik pengolahan logam tanah jarang, Timah (TINS) siapkan dana Rp 200 miliar

Pada akhir Leader’s Forum, para panelis bersepakat harus ada langkah-langkah yang dilakukan untuk mengupayakan perbaikan harga timah dunia hingga kisaran di atas US$ 20.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi