Angkot KWK harus sesuai standar Transjakarta



JAKARTA. Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan angkutan Koperasi Wahana Kalpika (KWK) yang terintegrasi dengan bus Transjakarta harus lolos seleksi terlebih dahulu. Oleh sebab itu, jumlah angkutan KWK yang sudah terintegrasi masih akan terus bertambah.

"Hari ini kita coba 75 unit KWK dulu, nanti bertambah terus bersamaan dengan pemeriksaan dari tim evaluasi kami. Karena kami tidak toleran terkait safety (keamanan) dan kenyamanan, yang kami seleksi ini yang masuk standar kelayakan Transjakarta," ujar Budi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (3/4).

Jumlah angkutan KWK di Jakarta ada sebanyak 6.350 mobil. Evaluasi terhadap seluruh angkutan itu masih terus dilakukan secara bertahap.


Ketua Umum KWK, La Ode Djeni Hasmar berharap, semua angkutan KWK bisa lolos seleksi dan bisa terintegrasi dengan PT Transjakarta. "Insya Allah semua akan memenuhi syarat," ujarnya. Beberapa hal yang dievaluasi adalah lampu kendaraan serta surat-surat kendaraannya.

Terkait integrasi ini, PT Transjakarta mengeluarkan kartu baru berwarna biru yang bisa dibeli di tiap halte. Warga yang memiliki kartu integrasi bus Transjakarta dan KWK itu bisa naik angkutan KWK gratis ke halte bus Transjakarta tujuan mereka.

Kartu tersebut bisa dibeli dengan harga Rp 15.000 untuk pemakaian satu bulan. Setelah itu, kartu bisa diperpanjang kembali dengan membayar Rp 15.000. Kartu tersebut hanya bisa dipakai pukul 05.00 WIB-09.00 WIB dan pukul 16.00 WIB-20.00 WIB.

Di luar itu, warga tidak bisa menggunakan kartu untuk naik angkot gratis. Warga yang tidak memiliki kartu juga tetap harus membayar pada jam-jam itu.

Saat ini, ada 10 rute KWK yang sudah terintegrasi dengan bus Transjakarta yaitu Tanjung Priuk-Balakturi, Kelapa Gading-Terminal Rawamangun, Semper-Tipar Cakung, Pulogadung-Pejuang Jaya, Rawamangun-Klender, Terminal Cililitan-Condet, Cililitan Munjul, Pondok Labu-Pasar Kebayoran Lama, Lebak Bulus-Petukangan, dan Rawa Buaya-Grogol.

Saat sudah sampai di halte Transjakarta, warga tetap menggunakan kartu e-Money untuk menaiki bus Transjakarta. Budi mengatakan saat ini kartu yang digunakan memang masih berbeda.

"Karena sistem taping ini kalau mengikuti teknologi luar, terlalu mahal per unit Rp 40 juta. Kalau yang lokal belum bisa terintegrasi sistem Transjakarta," ujar Budi.

(Jessi Carina)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini