JAKARTA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan untuk pertama kalinya mengumpulkan kepala dinas pendidikan tingkat provinsi hingga kota/kabupaten. Mereka dikumpulkan untuk bersama-sama berbicara tentang apa yang harus dilakukan jajarannya ke depan, Senin (1/12). Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Anies mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Beberapa kelebihan yang disebutkan di antaranya tentang peningkatan jumlah institusi lembaga pendidikan dasar dan menengah serta jumlah anak yang mendapatkan akses pendidikan bertambah dari tahun ke tahun.
"Kita di Indonesia juga unggul dari Spanyol dan Hongkong dalam hal kapasitas berinovasi. Dari survei terhadap 142 negara, kita di urutan 30," kata Anies. Mantan Rektor Universitas Paramadina itu juga memuji pendidikan di Indonesia, yang dari tahun 1945 sampai 2011, buta huruf sudah bisa berkurang hingga delapan persen. Pencapaian ini pun dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga dulunya mengalami permasalahan buta huruf seperti Indonesia. Meski demikian, kata Anies, masih ada berita buruk dari pendidikan Indonesia, seperti sekolah yang tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan sebesar 75 persen dan nilai rata-rata uji kompetensi guru yang masih jauh di bawah standar, yaitu 44,5. Sementara itu, nilai ideal yang diharapkan adalah 70. Karena itu, Anies mengutarakan bahwa pendidikan di Indonesia harus bisa bereformasi. Reformasi di sini dalam arti keseluruhan aspek dan sistem pendidikan yang keliru harus segera diubah. Anies pun menegaskan akan menjadikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai basis pendidikan Indonesia. "Kita punya tokoh pendidikan yang luar biasa, tetapi sampai sekarang, belum tentu kita baca bukunya kan. Kita harus menggunakan pemikiran Ki Hadjar Dewantara," ujar dia.