KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiap kepala daerah memiliki gaya masing-masing ketika memimpin dan berbagi informasi. Begitu juga di Balai Kota DKI Jakarta ketika puncak kepemimpinannya beralih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Adanya perbedaan gaya itu membuat perubahan-perubahan di Balai Kota, termasuk perubahan tara cara peliputan bagi awak media. Dirangkum dari peristiwa lebih kurang dua pekan terakhir ini, perubahan pertama adalah penggunaan lantai 2 di depan ruang kerja Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Sejak Basuki Tjahaja Purnama masih menjadi wakil gubernur, area lantai dua biasa digunakan untuk sesi wawancara. Awak media sering mencegat Ahok dan narasumber lainnya di area tersebut. Kebiasaan ini berlanjut sampai ketika Djarot Saiful Hidayat menjadi wagub dan gubernur. Djarot biasanya berdiri di depan pintu ruangannya sambil meladeni pertanyaan wartawan. Saat ada rapat yang dipimpin Wagub di ruangan, awak media diperbolehkan menunggu di depan ruang rapat. Namun, kebiasaan ini mulai diubah pada era Sandiaga Uno. Awak media tidak lagi diperbolehkan menunggu dan wawancara di lantai dua. Sandi pernah menegur awak media yang menunggunya di depan ruangan untuk wawancara. "Jadi supaya bagus di TV-nya juga, di bawah. Ini the last (terakhir) ya saya lakukan (wawancara) di sini (lantai 2)," kata Sandiaga ketika itu. Sesi wawancara pun diarahkan terpusat di ruangan Balairung, sebuah hall yang ada di tengah Balai Kota. Tersedia meja kecil yang digunakan untuk keperluan wawancara. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, dulu sesi wawancara dilakukan di mana saja. Wawancara bisa dilakukan langsung begitu pejabat keluar dari ruang rapat. ”Untuk yang di Balairung memang dibikin seperti itu yang baru sekarang aturannya. Dikonsentrasikan untuk
doorstop dikumpul di Balairung. Itu semata-mata hanya untuk lebih tertib dan tertata rapi," ujar Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik, Dian Ekowati, ketika dihubungi, Kamis (2/11). Rapat tertutup Hal lain yang berbeda adalah masalah rapat-rapat. Rapat yang sifatnya pengarahan dari Anies-Sandiaga digelar tertutup. Contohnya seperti rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2018 dan rapat pengarahan direksi BUMD. Berlangsungnya rapat itu digelar tertutup, meskipun setelahnya Anies bersedia memberi keterangan. Terkait itu, Dian mengatakan pengaturan dilakukan agar lebih tertib. "Ya itu mungkin sudah pengaturannya agar lebih tertib, lebih konsentrasi," ujar Dian. Beberapa kali, Anies dan Sandiaga juga berbagi topik permasalahan untuk ditangani. Suatu ketika, Sandi sempat mendaftar terlebih dahulu pertanyaan apa saja yang akan dilontarkan wartawan. Setelah itu, Sandi akan menyebut siapa "penanggung jawab" topik tersebut. Gaya ini juga berbeda karena dulu Ahok dan Djarot biasa mengomentari pertanyaan yang sama. "Reklamasi (sama) Pak Anies. Terus apa lagi? Alexis, sama Pak Anies. UMP sama saya. Kan nanya pembagiannya, saya bagi-bagi nih, terus apa lagi? Ini pembagian pertanyaan dulu," kata Sandiaga.
Namun, saat ditanya kepada Anies, tak jarang Anies hanya tersenyum tanpa menjawab pada beberapa topik pembicaraan. Misalnya seperti pertanyaan soal pembahasan reklamasi bersama Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Saat ditanya terus menerus, Anies hanya mengatakan "Anda lihat janji-janji kami". (Jessi Carina) Artikel ini sudah tayang di Kompas.com, berjudul:
Perubahan di Balai Kota, Benarkah Anies-Sandi Mulai Tertutup dengan Media? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie